Part 9

32 9 6
                                    

--

Ahhh masuk kuliah lagii.. tapi beruntung hari ini aku hanya punya kelas pada siang hari. Jadi aku tidak perlu terburu-buru berangkat pagi.

Tingg!!

'Tania sayang, kelas Lo siang ya ? Gue pagi nih. Cepetan Dateng yaa'

Isi pesan dari sahabatku, Mira.
Tak ku hiraukan pesan nya. Aku lanjut rebahan dengan menonton TV.

"Tania, kamu belum berangkat?"

"Belum Bu, kuliah Tania hari ini siang"

"Yasudah. Ibu tinggal berangkat ke kantor ya sayang"

"Iya Bu, hati-hati"

Kucium punggung tangan ibu dan ibu berlalu meninggalkanku di rumah.
Ibu ku memang wanita karir. Ayahku sendiri sering sekali pergi ke luar negeri hanya untuk bisnis. Terkadang, Ayah terkadang pulang seminggu sekali atau bahkan tiap dua Minggu. Seringkali aku meminta ayah cuti karena aku pun khawatir dengan kesehatan ayahku. Tetapi, setiap aku meminta itu, ayah selalu bilang 'nanti pekerjaan nya tidak ada yang handle' , alasan itulah yang membuat aku jarang sekali bertemu ayahku.

Ibu pun sama keras kepalanya dengan ayah. Pernah sekali ayah meminta ibu untuk duduk di rumah saja sembari memperhatikan aku. Tetapi ibu menolak. Ibu bukan type orang yang mau bergantung kepada siapapun. Bagi ibu, penghasilan dia adalah mutlak miliknya yang bisa dia gunakan bebas untuk apa saja keinginan nya.
Karena ibu begitu bersikeras ingin tetap bekerja, akhirnya ayahku mengizinkan.

Aku pun terbiasa dengan suasana rumah ini. Rumah yang lengang. Aku juga terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah atau sekedar memasak untuk diriku sendiri. Aku sadar, mereka seperti ini demi kebahagiaanku.

**

Aku tengah bersiap untuk segera menuju kampus. Rencananya, setelah kuliah selesai aku mau ke toko buku terdekat. Ada novel dari penulis yang aku suka baru saja merilis buku terbarunya.

Aku menaiki bus seperti biasa menuju kampus ku. Ayah pernah mau membelikan aku sebuah mobil. Namun, ibu menolak. Itu karena ibu tidak mau aku boros atau nanti bisa kelayaban ga bener bersama teman-teman kampusku.

**

"Hallo Tania sayaangg.. lama banget kamu nyampe. Lumutan gue nungguin Lo "

"Hahaha. Sorry Mir, kan kelas gue siang"

"Iya iya.. udah makan ? Gue laper nih"

"Gue masih kenyang Mir. Gue nemenin Lo aja deh"

"Okeeyy thank you.."

Aku pun menuruti langkah Mira menuju kantin kampus.
Tiba-tiba, langkah Mira terhenti.

"Tan.. Tan.. Lo liat deh. Yang Lo maksud Jeno Deandra itu dia bukan?"

Mira menunjuk seseorang yang tengah duduk dan berkutat dengan laptop nya.

"Iya Mir, bener dia orang nya"

"Wuiihhh.. Lo emang beruntung. Udah di bikin jantungan sama Mark, sekarang Lo juga di pertemukan sama Jeno . Hahaha"

"Isshhh.. apaan sih Lo Mir. Udah ah, gue ga jadi ikut Lo ke kantin"

"Ihhh.. kenapa gituu.. ga.. ga bisa.. ga boleh.. Lo harus nemenin gue"

"Yaudah. Tapi jangan deket-deket orang itu ya"

"Siapa? Jeno Deandra? Emang ada masalah apa Lo sama dia?"

"Ya gue males aja sama dia.. apaan coba. Sombong banget mentang-mentang terkenal. Jadi seenaknya setelah nabrak gue"

Kating Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang