Part 42

16 5 9
                                        

Apa kalian tau kisah Rapunzel? Atau kisah Cinderella? Putri Salju?
Sebenarnya, kisah mereka itu sama. Kenapa sama ? Karena mereka sama-sama menunggu pangeran menjemput mereka dan kemudian hidup bahagia bersama.

Aku bertanya-tanya, apakah aku bisa bertemu pangeran-ku dan hidup bahagia?
Atau, apa penantian ku akan sia-sia ?
Atau mungkin, pangeran yang aku tunggu ini bukan pangeran yang tepat untukku?

Seperti Rapunzel yang terus menunggu kedatangan pangeran untuk menyelamatkannya dari kastil kesepian.

Seperti Cinderella yang menanti datangnya pangeran untuk memberi kebebasan dari rasa takut dan khawatir.

Aku pun sama dengan para princess yang berpikir suatu saat akan di selamatkan oleh pangeran dari semua kegundahan di hatiku.

**

Hari ini seperti yang di janjikan, Mira membantuku bersiap. Dia memberi make up dengan tema 'no make up look' . Menurutnya, make up seperti ini susah gampang. Karena harus berusaha memberi kesan tidak memakai make up, padahal memakai riasan wajah.

Dengan dress berwarna hitam, heels berwarna gold, make up, dan juga handbag berwarna senada dengan heels sudah sempurna ku kenakan.

"Hallo Tania"

"Hallo, iya Presdir"

"Kamu sudah siap ? Aku sudah ada di dekat kost-an mu"

"Ahh baik pak. Saya akan segera keluar"

Setelah berpamitan dengan Mira, aku segera bergegas menuju depan gang yang memang tidak bisa di lewati mobil ini.

"Pak. Saya sudah siap. Mari kita berangkat"

"Ahh baiklah. Ayo masuk"

Sepanjang perjalanan, pak presdir lebih banyak diam. Aku berusaha mencairkan suasana yang terasa canggung ini.

"Emm.. Presdir, saya mau mengucapkan terimakasih kepada anda"

"Hm? Kenapa?"

"Emm.. bukannya ini dari bapak? Semua yang saya pakai hari ini"

"Oh.. santai saja. Saya yang mengajak kamu ke acara ini, tentu saya harus melakukan nya dengan benar kan ?"

"Iya pak, terimakasih"

"Iya, sama-sama"

Waahh.. orang seperti dia, seharusnya gampang dapat pacar. Tapi mengapa sampai sekarang dia belum juga punya pacar sih ? Bahkan tunangan aja dia punya karena di paksa! Memang ya, uang itu bukan segalanya. Tapi, bukannya semua memerlukan uang? Aku tidak paham. Apa mungkin karena sifat nya yang seperti ini dia jadi tidak memikirkan tentang berpacaran? Semakin dipikirkan semakin aku tidak mengerti.

**

"Ayo Tania, kita turun. Kamu jangan berpikir terlalu serius. Di dalam, akan ada banyak orang penting, tapi kamu tidak perlu merasa tertekan. Bilang saja jika ada yang membuat mu tidak nyaman ya"

"Terimakasih Presdir. Mohon bantuannya"

"Hmm. Percayakan saja padaku. Kamu hanya perlu mendampingiku dan memperhatikan mereka"

"Memperhatikan? Memang kenapa pak?"

"Disana, biasanya akan saling menjatuhkan. Kamu hanya perlu memperhatikan bagaimana mereka bertingkah. Kamu akan sering menjumpai orang seperti mereka"

"Baiklah pak, saya mengerti"

Aku dan Presdir melangkah ke acara tersebut dengan mantap. Walaupun aku belum genap setahun bekerja dengan presdir, namun ia membuatku percaya diri untuk menghadapi semua orang.

Kating Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang