Part 32

20 5 6
                                    

"Tania, kita harus berangkat sekarang untuk meninjau proses produksi yang bermasalah"

"Eh.. tapi gimana dengan restoran untuk lunch yang sudah di reservasi pak?"

"Batalkan"

"Baik Pak"

Hal seperti ini memang sering terjadi. Aku yang susah payah membooking tempat untuk dia lunch atau sekedar dinner. Tetapi, dia dengan entengnya membatalkan reservasi nya. Haaaahh.. duit emang bukan hal penting buat dia.

"Kamu siap-siap sekarang. 5 menit lagi kita berangkat"

"Baik Pak"

Tidak ada yang bisa aku berikan sebagai jawaban selain 'Baik' , 'di mengerti'  dan sebagainya. Memang ritme kerja beliau ini seperti kereta api express. Tidak aneh jika semua usaha yang di pegang nya sukses. Dia tidak segan meninjau langsung ke pabrik tempat produksi. Tiap ada masalah dia selalu langsung berkunjung dan menyelesaikan nya.

Kami tiba di tempat produksi kosmetik yang mendapat kendala di bagian pemasokan bahan baku nya. Presdir Jo dengan sangat cekatan menelaah masalah yang menjadi kendala.

Setelah sekitar 40 menit Presdir Jo melakukan meeting kecil dengan orang-orang di bagian produksi, Presdir Jo mengajakku kesuatu tempat.

Sampai di tempat tujuan. Taman kecil dekat dengan pabrik produksi. Aku bingung dengan apa maksud dari Presdir ku.

"Duduk disini"

"Iya Pak"

Setelah itu, dia meninggalkanku dan kembali dalam beberapa menit.

"Ini. Makanlah"

Dia menyodorkan sebuah bungkusan burger beserta minuman bersoda.

"Terimakasih Pak"

"Hmm. Nope"

Yahh tidak di sangkal, kami kemari tanpa makan terlebih dahulu. Wajar saja jika aku memang lapar. Aku pun langsung memakan burger tersebut dengan sedikit terburu-buru, karena aku takut tiba-tiba dia mengajakku kelain tempat.

"Pelan-pelan makan nya. Aku ga akan meminta kamu untuk cepat-cepat meninggalkan tempat ini"

Whattt? Apa dia bisa mendengar isi hati aku?

"Ck. Disitu ada tissue, lap dulu pipi kamu. Gausah aneh kenapa aku bisa ngomong kaya tadi. Isi hati kamu tergambar jelas dari ekspresi dan cara makan kamu"

"Oh maaf Pak. Saya tidak bermaksud-"

"Iya iya. Makanlah pelan-pelan"

Wah.. beneran tsundere nih Presdir Jo. Gemes juga liat ekspresi wajah tsundere dia. Eh bentar, kenapa aku bisa mikirin Presdir sih. Inget kak Mark dong Tania..

"Tania, umur kamu 22 tahun kan?"

"Iya pak, betul"

"Katanya kamu cuti kuliah?"

"Eh... Iya pak. Itu saya ambil cuti satu semester aja sih"

"Sekarang udah berapa bulan sejak kamu cuti?"

"Udah tiga bulan pak"

"Kamu lanjutin aja kuliah kamu. Lanjut di Jakarta. Jadi kmu bisa kuliah sambil kerja"

"Boleh pak?"

"Saya justru mendukung pendidikan orang-orang saya"

"Baiklah pak, terimakasih. Setelah selesai cuti, aku akan mengurus perpindahan kuliah saya pak"

"Hmm.. begitu saja"

**

Aku bisa merasakan bagaimana lelahnya mencari uang. Tiba-tiba, aku jadi teringat dengan kedua orang tuaku. Sudah tiga bulan sejak aku meninggalkan rumah dan tidak pernah sekalipun menerima telepon atau menelepon kedua orang tuaku. Bohong jika aku tidak merindukan mereka. Tetapi, aku tidak mau jika sampai mereka akan membahas tentang perjodohan atau meminta aku untuk kembali pulang.

Kating Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang