Part 27

26 6 31
                                        

*Karena Hari ini Penulis lagi dapet kabar bahagia, jadi hari ini up part selanjutnya*

--

Sehari, seminggu, sampai sebulan berlalu setelah perpisahan ku dengan kak Mark. Aku tidak mendapatkan kabar darinya setelah hari itu. Aku beberapa kali mengirim pesan ke nomornya. Tetapi, tidak ada tanda-tanda dia aktif ataupun membaca semua pesan yang aku kirim. Begitupun dengan panggilan telepon. Tidak pernah sekalipun tersambung.

Terkadang, aku curhat dengan sahabatku, Mira. Walaupun kami bisa bertelepon saat malam hari setelah ia selesai kerja, tetapi itu cukup untuk menghiburku.

Oh iya. Mira langsung di terima di tempat dia melamar pekerjaan via online saat ia di Bandung. Setelah bekerja di Jakarta, sahabatku amat sangat sibuk. Ia juga menceritakan bagaimana pekerjaan nya di Jakarta. Dia mendapat pekerjaan menjadi staff akuntansi di salah satu perusahaan yang cukup besar yang bergerak di bidang retail. Posisi yang cukup bagus dan tentu cukup untuk kehidupan nya. Bahkan, gaji nya juga cukup jika ia gunakan untuk melanjutkan kuliah di Jakarta. Tetapi, ia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kuliahnya karena keluarganya di Bandung mengandalkan Mira untuk biaya sekolah adiknya yang masih berada di bangku SMP.

**

Hari itu, setelah pulang dari kampus, aku mendapat pesan dari ibu untuk segera pulang.

Aku penasaran dengan pesan ibu, mengapa dia memintaku untuk segera pulang.

Sampai di rumah, aku melihat mobil yang tidak asing terparkir di halaman rumah. Mobil om Januar. Rupanya, keluarga om Januar tengah bersilaturahmi.

Aku mengetuk pintu rumah, mengucap salam dan di sambut oleh senyuman ibu.

"Sayang.. kamu udah pulang ?"

"Iya Bu.. lagi ada tamu ya Bu?"

"Ada om Januar nak.. ayo masuk. Kamu juga duduk sini temenin ibu sama ayah"

Aku menuruti langkah ibu. Di ruang tamu, sudah ada om Januar, tante Tina, dan juga Jaeshen.

"Hallo om Januar. Tante Tina.."

Aku menyapa tamu kedua orang tuaku dengan senyuman dan sedikit membungkukkan badan.

"Halo sayang.. baru pulang?"

"Iya tan, tadi sempet ke perpus dulu sih mau pinjam buku. Jadi agak lama pulang nya"

"Ohh.. begitu. Rajin juga ya Anita, anak kamu"

"Ahh biasa aja Tin"

"Tania.."

Ayah memanggilku, sepertinya dia akan menyampaikan sesuatu yang cukup serius dengan raut muka tidak bercanda.

"Iya ayah.."

"Kamu sudah selesai ujian kan ?

"Iya yah, sudah.."

"Baiklah, sayang.. ada yang mau om Januar sampaikan. Tolong dengar baik-baik ya.."

"Iya yah.. apa itu om ?"

Aku memandang ke arah om Januar. Terlihat santai dan lebih friendly ketimbang raut muka ayahku.

"Nak Tania.. sebenarnya om sekeluarga kesini bermaksud untuk melamar nak Tania untuk anak om, Jaeshen. Dan ayah kamu sudah menerima lamaran kami. Om harap-"

"Tunggu.. tunggu.. om Januar, Tania mohon jangan lanjutkan"

Aku seakan tersambar petir di siang bolong. Bagaimana bisa tiba-tiba ada acara lamaran? Terlebih lagi, orang tuaku sudah menerima? Apa ini ? Siapa yang akan menikah? Mengapa mereka memutuskan secara sepihak?

Kating Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang