***
Saat matahari mulai bersinar dan sangat cocok buat berjemur, Sita lebih memilih menyiram bunga yang ada di halaman samping rumah.
"Kalian pagi-pagi tuh harus mandi, biar seger gini," monolognya kepada bunga-bunganya. Padahal Sita tahu ini gila, tapi seru saja mengajak tumbuhan berbicara.
"Neng."
"Eh iya mang?" Sita menjatuhkan selangnya ke bawah lalu mematikan kran. Setelah itu ia menghampiri mang Koko, satpam baru yang menjaga rumahnya.
"Ini, katanya teh ini buat neng Sita," ujarnya sambil menyerahkan map hijau.
Tulisan perusahaan dari TheStar tertulis di atas map sana. Kening Sita berkerut, tumben sekali perusahaan tempatnya bekerja mengirimkan bekas? Apa ada kontrak di luar negeri? Dengan rasa penasaran Sita membawa map itu masuk ke dalam rumah.
Sampai di ruang tamu, ia menjatuhkan bokongnya di sofa panjang, tangannya mulai membuka map dan membaca apa isi dari berkas itu.
Deg!
Kedua matanya membulat
Surat pengunduran diri?
Dirinya tidak pernah mengajukan permohonan untuk mengundurkan diri?
Sita melanjutkan untuk membacanya sampai akhir. Dan di pojok bawah sana diajukan oleh nama papanya lengkap dengan tanda tangannya.
Sita membanting kasar map itu ke atas meja. Ia berlari menuju kamarnya dengan emosi yang sudah memuncak.
Sampai di kamar ia mencari keberadaan smartphone miliknya untuk menghubungi sang papa.
"Hallo? Sita, ada apa?"
"Papah ngapain ngajuin surat pengunduran diri tanpa seizin Sita pah?!" tanya Sita langsung to the point, nafasnya memburu menahan emosi.
"Kamu harus berhenti dari kegiatan gak jelas itu. Apa selama ini papah kurang ngasih kamu uang, Sita?"
Sita memejamkan kedua mata, tangannya meremas kuat ponselnya, "Ini bukan tentang uang pah! Tap--"
"Kamu betah di sana karena laki-laki itu kan? Tentunya papa tidak akan membiarkan itu terjadi, kamu anak papah, nurut sama semua perintah papah."
"Iya Sita tau! Tapi Sita bukan robot pah! Selama ini Sita selalu nurut semua kemauan papah! Apa papah kurang puas?"
"Kamu kapan dewasanya hah?!"
Sita kembali memejamkan matanya ketika mendengar suara bentakan dari seberang sana.
"Dengan umur kamu yang sekarang, berhenti untuk main-main, berhenti melakukan hal yang tidak berguna. Pikirkan masa depan kamu mau di bawa ke mana."
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...