***Deran mulai menghidupkan kembali ponselnya setelah beberapa hari sengaja ia mematikannya.
Banyak notifikasi di sana, di aplikasi WhatsApp apalagi di Instagram, banyak yang mengetag namanya. Sebenarnya ada apa? Perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak.
Ia memilih membuka aplikasi instagramnya. Ia mulai mensecroll dan membaca yang menurutnya penting.
Setelah beberapa saat, kedua matanya membulat sempurna.
"Salah satu model atau duta princess di SMA GARUDA harus rela kehilangan ibunda tercintanya akibat kecelakaan mobil yang merenggut nyawa almarhumah. Kami dari Derta mengucapkan turut berduka cita."
Derta adalah shiper dari Deran dan Sita. Banyak sekali yang mendukung hubungan mereka berdua.
Meskipun begitu, banyak juga yang sakit hati karena mengetahui bahwa duta prince dari GARUDA sudah memilik kekasih. Begitupun sebaliknya.
Dengan tangan bergetar, Deran mulai mencari nama akun milik Sita. Ia mulai membaca komentar dari postingan terakhir Sita yang di upload satu bulan lalu, waktu mereka masih bersama.
Di komenan tersebut, banyak yang mengucapkan bela sungkawa. Deran juga baru mengetahui fakta bahwa berita duka itu datang enam hari yang lalu, itu berarti tepat saat dirinya memutusi Sita begitu saja.
Pantas saja waktu itu Sita menyuruhnya menemuinya, pasti gadis itu sangat rapuh. Dan dengan bodohnya, dirinya malah menambah luka kepadanya.
Oh betapa brengseknya
Deran. Seharusnya waktu itu dia menjadi sandaran untuk Sita, tetapi apa? Ini tidak bisa dibiarkan lagi! Sudah cukup selama hampir seminggu ini Deran menjadi pengecut.Dengan tergesa-gesa, Deran bangkit menyambar jaketnya.
"Kamu mau ke mana?"
Oh shit!
Deran hampir lupa jika di ruangan ini ia tidak sendirian. Ada Nina di sana yang terbaring di brankar rumah sakit.
Dengan langkah tidak sabaran, Deran menuju ke arah di mana Nina terbaring, "Gue ada urusan. kalau butuh bantuan pencet belnya."
"Urusan apa Eran?"
Deran tidak menjawab, dia hanya mengelus puncak kepala Nina sebentar, lalu ia membalikan badannya, melangkah ke luar.
"Kamu lagi gak nemuin Sita kan?"
Langkah Deran terhenti. Tanpa menjawabnya, ia kembali melangkahkan kedua kakinya meninggalkan ruangan rumah sakit itu.
***
Sera berkunjung ke rumah Silla sambil membawa beberapa Snack di dalam kantung kreseknya. Gadis itu menghampiri Silla yang sedang melukis di halaman rumah gadis itu.
"Lukis apa?" tanya Sera basa-basi sambil menaruh kantung kresek di samping kursinya.
"Lo gak buta," jawab Silla tanpa menoleh sedikitpun, tangannya dengan lihai menyapu kuasnya di atas kanvas.
Sera mendengus sebal, matanya tertuju pada lukisan Silla. Di sana muncul wajah Giro.
"Lo masih suka sama dia?"
"Perasaan Lo sama Raka sendiri gimana?" tanya Silla balik.
"Lo tau sendiri lah, gue gak bisa lupain dia. Gue sayang banget sama Raka, walaupun dia gak mau ngakuin anak yang gue kandung," ujar Sera sedih sambil mengelus perutnya yang masih terlihat rata.
Sementara Silla menghentikan aktifitasnya, ia menaruh paletnya di atas meja, "Sama aja, gue belum bisa lupain kak Giro. Tapi gue bakal coba."
"Lo seriusan mau lupain dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...