🍒29. KESALAHAN?🍒

1.2K 58 6
                                    

Suara bel merdu mengalun indah di telinga, anak-anak langsung merapikan peralatan tulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara bel merdu mengalun indah di telinga, anak-anak langsung merapikan peralatan tulisnya. Sementara gue dari tadi udah rapi sepuluh menit sebelum bel berbunyi.

Deg

Jantung gue seakan berdetak ketika gak sengaja menoleh ke ambang pintu, di sana sudah berdiri jaka tarub gue, Deran. Eh? Gak jadi jaka tarub deh, soalnya jaka tarub gak jahat kaya dia.
Dengan wajah ogah-ogahan gue melangkah ke arahnya, padahal dalam hati seneng banget disamperin cogan.

"Kenapa?" tanya gue ketus, gak tau kenapa ada di deketnya pengen marah aja gitu.

"Pulang bareng."

Gue menyilangkan kedua tangan gue di dada, memasang wajah angkuh, "Gak! Gue bareng sama Raka."

"Pacar lo gue apa Raka?"

"Elo. Tapi Raka kan sahabat gue," ucap gue dengan nunjukin smrik andalan gue.

"Ta."

"Apa sih?!"

Terlihat Deran menghela nafasnya, wajahnya kelihatan seperti orang kelelahan.

"Kalau mau pacaran lihat tempat!"

Gue membalikkan badan, menatap tajam ke arah Nizam yang suka banget ikut campur masalah orang lain.

"Minggir!"

Dengan ogah-ogahan gue minggir, memberi celah untuk dia.

Dia berjalan dengan angkuhnya sampai tasnya aja mengenai wajah gue! Astaga nih orang punya masalah apa sih dalam hidupnya?

Sementara Deran cuman diem aja ngelihat gue di tindas sama si Nizam kampret itu.

Gue langsung menghampiri Deran,"De! Kok lo cuman diem aja sih Nizam nindas gue! Dasar ya gak ada romatis-romatisnya sama sekali!"

"Dia gak sengaja."

Gak sengaja dia bilang? Mana ada si sejarahnya si Nizam itu gak sengaja, cowok angkuh kaya dia itu udah titisan dajal.

"Tau ah! Gue makin marah sama lo!"

"Mana yang sakit?"

Gue tersentak ketika kedua tangan Deran mengelus kedua pipi gue. Ini kalau di biarin gue bakalan lembek lagi kaya jelly. Enggak! Ini gak boleh terjadi!

Gue menyingkirkan tangannya dari pipi, "Ish lo mah ngapain nyentuh-nyentuh pipi gue sih?! Yang sakit itu dahi bukan pipi!" ucapan gue tentunya bohong, karena gak ada yang sakit sih.

Lagi-lagi gue tersentak ketika tangan Deran berganti menyentuh dahi dan mengelusnya.

Langsung saja gue menepisnya, "Jangan disentuh De! Udah tau sakit malah di sentuh!" gue marah kepadanya, padahal dalam hati seneng, berbunga-bunga.

"Sit!" Tiba-tiba Raka datang, berdiri di samping Deran, "Eh hai Ran."

Deran hanya natap Raka tanpa membalalas sapaannya. Ck dasar es batu!

DERAN✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang