🍒38. MEMINTA PERTANGGUNG JAWABAN🍒

996 46 14
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Mamah hamil."

Deg

Sita beralih menatap papanya yang tersenyum padanya, lalu dia bangkit, berjalan menuju putrinya, mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang, "Selamat, sebentar lagi kamu punya adek."

Sita terdiam, dirinya sendiri pun bingung harus reaksi bagaimana, senang atau? Jujur, ia senang jika mamanya hamil lagi, itu berarti hubungan kedua orang tuanya akan semakin baik. Tetapi di sisi lain ia sedikit malu, masa iya dirinya yang sudah berumur delapan belas tahun harus mempunyai adek? Seharusnya dirinya yang membuat adek dengan Deran. Eh? Sita menggelengkan kepalanya, kenapa malah merambat ke mana-mana.

Masa bodoamat

Kedua bibir Sita tertarik ke atas, lalu ia memeluk mamanya, "Selamat ma, Sita ikut senang!"

"Kakak Arum, sini."

Sita melepaskan pelukannya, ketika kakaknya datang menggunakan kursi roda yang di dorong oleh bibinya menuju ke arahnya.

Sita berjongkok, menjajarkan tubuhnya dengan kakaknya, mata lentiknya menatap wajah pucat itu. Sita tersenyum, tangannya terangkat menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah cantik kakaknya, "Kak Arum apa kabar? Maafin Sita yah akhir-akhir ini jarang main sama kakak."

Yang ditanya hanya diam saja, pandangannya menatap kosong, selama ini tidak ada perubahan, tidak ada kemajuan tentang kondisi Arum, semua sama saja.

Sita beralih meraih tangan Arum, menggenggamnya lembut, "Kak, bentar lagi kakak bakal punya adek lagi. Kita berdua akan jadi kakak!"

Tidak ada reaksi.

"Nanti kita rawat bareng-bareng yah kak!"

Entah kapan, kini kedua orang tuanya berada di samping kanan kiri Sita, menatap anak pertamanya dengan sayang.

"Arum cepat sembuh yah, mama janji akan turutin semua kemauan Arum."

"Nanti papa akan mengajak Arum keliling Korea, itu kan impian Arum dari dulu? Ketemu blue band Korea."

"Boy band pah," koreksi Sita.

***

Keesokan hari

Sudah berkali-kali Silla menghempaskan kasar tangan Iyan yang bergelayut manja di lengannya. Pasalnya sejak dirinya berkeliling di mall, cowok itu selalu memeluk lengannya yang membuatnya jengah sendiri.

"Sayang, kamu tuh jangan galak-galak gitu dong." Tidak menyerah, Iyan kembali memeluk lengan Silla dengan manja.

"Kalau bukan karena mama, gue gak mau jalan sama Lo!"

Sebelumnya, pagi-pagi Iyan datang ke rumahnya dan memintanya untuk menemaninya beli sepatu di mall. Awalnya Silla menolak mentah-mentah, namun mamanya mendesaknya untuk ikut, dan berakhirlah seperti sekarang.

DERAN✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang