Silla menutup mobilnya, kedua matanya kembali menatap rumah besar milik Sera.
Besar namun serasa tidak berpenghuni.
Sambil menghela nafasnya, kedua kakinya menyeretnya masuk ke dalam rumah mewah itu.
"Lo ada urusan apa lagi Silla?" Sera menyilangkan kedua tangannya, matanya menatap sinis ke arah gadis itu yang kini sudah berdiri di ruang tamunya.
Tanpa izin, Silla menjatuhkan bokongnya di sofa, "To the point, gue mau Lo tutup mulut."
Sera terkekeh kecil, ia juga menjatuhkan bokongnya di sofa yang berhadapan dengan Silla, "Kenapa?"
"Gu--"
"Gue cari ternyata Lo ada di sini."
Deg
Ucapannya terhenti ketika seseorang datang dan memotong pembicaraannya. Silla kenal betul pemilik suara itu!
"Hai Sil. Kebetulan Lo ke sini, ada yang perlu gue bicarain."
Silla melotot ke arah Sera yang tersenyum miring ke arahnya.
"Ternyata musuh terbesar Lo itu sahabat Lo sendiri." Sera bangkit lalu menghampiri Silla yang berdiri tidak jauh darinya.
Silla juga bangkit menghampiri Sita yang memasang wajah datar, "Sit gue ma--"
"Biar lebih mudah gue aja Sil yang jelasin," potong Sera, gadis itu tersenyum miring, kemudian menatap Sita, "Musuh terbesar Lo itu ada di dek--"
Plakkk
Tamparan keras dan nyaring itu mendarat di pipi mulus Sera.
Sementara sang empu reflek memegang pipinya yang terasa panas, "Sit? Lo kenapa nampar gue?"
Sementara Silla? Gadis itu terkejut dengan apa yang terjadi. Bukannya dirinya yang harus di tampar? Kenapa Sera?"
"Lo!" Sita menunjuk wajah Sera dengan raut wajah murka, "LO MUSUH TERBESAR GUE SERA! Lo iblis! Anjing Lo!"
"Sit?"
Sita beralih menatap Silla, "Lo harus tau Sil." Tatapannya kembali menatap tajam Sera, "Orang ini pembunuh! Dia yang ngebunuh mama sama adek gue! Brengsek Lo Ser!"
Plakkk
Sita kembali menampar Sera.
"Lo bukan manusia Ser! Lo iblis! Brengsek Lo!"
"Sita." Silla menyentuh lengan sahabatnya itu.
"Hiks dia udah ngebunuh dua orang yang gue sayang Sil! GUE PUNYA SALAH APA SAMA LO HA?!!"
"Cukup Sita!!" Teriak Sera marah, "Seharusnya Lo yang mati!!"
Sita mengusap air matanya kasar, "Brengsek Lo Ser! Salah gue apa?! Gue punya salah apa?!"
"Lo masih nanya salah Lo di mana?!" Sera tertawa garing sambil mengusap air matanya juga, "Lo udah ngerebut Raka dari gue brengsek!"
"Gue gak pernah ngerebut Raka bodoh!" Sita terkekeh kecil, "Haha cuman gara-gara dia Lo sampai tega sama gue Ser! Otak Lo taruh di mana?!"
"Kenapa tidak? Gue akan lakukan apapun itu supaya Raka gak suka Lo lagi! Gue akan lakukan apapun agar Raka jadi milik gue! Dan cara satu-satunya, Lo MATI Sita! Kenapa bukan Lo aja yang mati hah?! Yang gue incar itu Lo!"
Silla menatap tidak percaya, "Sinting ya Lo!"
Sementara Sita? Gadis itu menangis, rasa kecewa marah bercampur menjadi satu. Sungguh ini di luar nalar, orang yang dipercayai ternyata mengkhianatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...