***
Sekarang hari jumat. Sesuai apa yang gue bilang kemarin, hari ini kelas gue akan ada penilaian senibudaya yaitu nyanyi.Di sini lah gue berdiri, di depan cermin panjang yang menampakkaan tubuh gue yang sudah dibaluti seragam coklat di lengkapi dengan jaket yang bewarna abu-abu. Jaket ini pemberian dari nenek sebagai hadian ulang tahun gue yang ke tujuh belas kemarin.
Gue berjongkok untuk mengambil sepatu yang ada di rak kecil. Setelah memasang tali sapatu dengan benar, gue berjalan menuju meja belajar, mengambil buku sesuai dengan mata pelajaran sekarang dan juga langsung memasukkannya. Setelah itu gue langsung cabut ke bawah.
Ternyata di bawah sudah ada Mama dan bibi yang lagi nata makanan di atas meja.
“Mama gak kerja?” tanya gue sambil menarik kursi dan duduk di sana.
“Nanti rada siangan,” jawab mama tanpa mengalihkan pandangannya.
Gue hanya berohria sambil megambil piring kosong, lalu menyendok nasi dan ayam kecap ke tas piring. Kursi di depan gue berdecit, gue langsung menoleh ternyata itu papa yang sudah lengkap dengan jasnya, dan di sampingnya ada kak Arum.
“Papa gak kerja?” tanya gue sambil memotong paha ayam menggunakan pisau kecil dan garpu.
“Bentar lagi. Emang kenapa?”
“Ya gak papa sih.”
Gue lumayan tenang akhir-akhir ini di rumah, karena mama dan papa udah jarang lagi berantem. Syukurlah jika mereka sudah berbaikan.
“Assalamualikum.”
Gue langsung menoleh ke arah sumber suara, ternyata itu Raka yang sudah rapi dengan seragamnya. Rambutnya sudah klimis.
“Calon menantu udah dateng, sini Ka duduk di samping Sita.”
Gue beralih menoleh ke mama dan menatapnya tajam, apa-apaan ini? Mereka akan ngelakukan rencana apa lagi? Apa mereka lupa jika gue udah punya pacar.
“Pagi Sit,” sapa Raka yang tiba-tiba udah duduk manis di samping gue.
“Pagi Ka.”
“Sita, mulai sekarang Raka yang akan jaga kamu. Dia yang akan antar jemput sekolah kamu.”
Ucapan papa yang lagi mengunyah nasi langsung tersedak, Raka langsung menyodorkan segelas air putih dan gue langsung meneguknya sampai tandas, setelah itu gue menyomot tisu yang sudah tersedia di atas meja, dan mulai mengelap bibir gue.
“Sita gak setuju! Lagian Sita udah gede, gak perlu di jagain segala apalagi di antar jemput! Sita bisa berangkat sendiri!”
“Papa gak butuh persetujuan kamu.”
“Dan kamu harus nurut sama papa kamu,” lanjut mama yang makin buat gue kesal setengah mati.
“Aku gak setuju pokoknya! Titik!”
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...