“Udahlah De. Gue belum makan. Gue gak punya tenaga buat berantem sama Lo.”
-Resita Rambayung Desti-Selamat Membaca♡
***
Jarum pendek sudah menunjukkan di angka tiga, gue gak mau mati kebosanan di rumah. Lebih baik gue mandi, ganti baju, dandan, dan setelah itu pergi ke mall.
"Mau kemana lagi? Udah bolos sekarang mau keluyuran!" tiba-tiba Mama menghalangi jalan gue.
"Ke mall Ma."
"Mama gak ijinin!"
"Ma. Sita di sini terus itu bosan. Sita mau menyegarkan pikiran dulu."
"Gak peduli! Mama tetap gak setuju. Sekarang kembali masuk ke kamar!" Tangan Mama menunjuk ke arah lantai atas, lebih tepatnya itu kamar gue.
Gue menghela nafas kasar, "Loh Ma Papa bawa siapa itu? Astagfirullahalazim!" Gue menunjuk ke arah dapur.
Kedua mata Mama langsung ngikutin ke arah tangan gue. Ini kesempatan gue, gue langsung berlari ke luar sebelum Mama menyadari kebohongan gue.
"Sita! Berani-beraninya kamu bohongin Mama! Sita! Kembali ke rumah!"
Gue terus berlari ke luar rumah tanpa memperdulikan amukan Mama. Yang jelas hari ini gue harus bahagia.
***
Sudah satu jam kurang gue ngelilingi mall tanpa ada arah tujuan. Dan tangan gue masih kosong, masih belum beli apa-apa. Bukannya gak ada duwit, tapi duwit yang gue bawa kebanyakan jadi bingung mau beli apa.
Saat menaiki eskalator gue ngelihat ada Deran dan Nina di sana, mereka berdua masih pakai seragam sekolah. Meskipun membelakangi, tapi gue yakin banget itu Deran sama si Nina. Ngapain sih mereka ada di sini? Berdua lagi? Gue makin benci sama tuh mbak pelakor.
Setelah sampai di atas. Gue langsung pergi ke tempat buah. Gue beli buah-buahan terutama mata kucing, buah favorite gue dari kecil sampai sekarang. Saat di antrean kasir, tiba-tiba ada Deran di samping gue. Kayanya dia gak nyadar ada gue karena pandangannya terus fokus ke depan.
“Katanya sakit,” ucapnya tetapi dia menatap ke depan. Oh jadi dia tahu jika ada gue di sampingnya.
“Gue bohong.”
Setelah itu dia natap gue, “Kenapa gak sekolah?”
“Lo ke sini sama siapa?” tanya gue padahal gue udah tau dia ke sini sama si Nina.
“Emang susah ya tinggal jawab pertanyaan gue?” tanyanya sama persis yang gue ucapkan lewat chat tadi.
“Gak siap sakit hati!” jawab gue ketus seraya memutar bola mata malas.
“Lain kali jangan suka bolos Ta.”
“Ya.”
“Masih marah sama gue? Gitu aja marah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...