***5 tahun kemudian
"Momy!" seorang anak kecil berumur tiga tahun berlari kecil lalu memeluk kedua kaki perempuan berumur dua puluh empat.
"Sayang, jangan lari-larian nanti jatoh loh."
"Gila bosen momy."
Sita membungkukkan badannya, menyetarakan badannya dengan anak kecilnya, "Gira mau beli es krim?"
Anak kecil yang biasa dipanggil Gira mengangguk antusias, "Mau mau!"
"Yaudah tunggu dady dulu yah? Sebentar lagi dady mau ke sini."
"Yee asik! Makasih momy cantik!"
Ting
Suara bel, menandakan ada seseorang yang membuka pintu kaca depan.
Sita menoleh, kedua sudut bibirnya terangkat ke atas.
"Dady!" Gira langsung berlari memeluk tubuh dadynya.
"Hallo princessnya dady!"
"Momy mau beliin Gila es klim, dady juga harus ikut!"
"Oh ya? Kalau gitu ayo kita berangkat!" Nizam langsung mengendong anak kecil tadi, "Ayo momy! Nanti es klimnya kebulu habis," lanjutnya menirukan suara anak kecil.
Sita terkekeh, lalu ia meraih tas kecilnya, "Siska! Titip butik sebentar yah!"
"Siap mbak!"
"Ayo."
Tangan kiri Nizam menggenggam telapak tangan Sita, lalu mengandengnya. Sementara tangan kanannya dibuat untuk mengendong tubuh mungil Gira.
***
"Gimana kerjaan hari ini?" tanya Sita saat sudah berada di kedai es krim, sesuai janjinya dengan Gira.
"Seperti biasanya, melelahkan."
Sita menyuapi Nizam, dan diterima senang oleh sang empu. Padahal di sini Gira yang anak kecil, tetapi kemanjaan Nizam yang melebihi anak kecil.
"Kalau capek itu istirahat! Jangan dipaksakan!"
Nizam mencolek dagu Sita sambil mengedipkan salah satu matanya, "Uluh uluh perhatian banget sih."
"Ih! Ini itu juga demi kebaikan kamu tau!"
Nizam memarkan gigi dan lesung pipitnya, "Iya momy."
Sementara Sita sendiri mendengus, lalu ia kembali menyuapi Nizam dengan sendok es krim vanilla nya.
"Oh iya, gimana sama Raka? Dia tetap gangguin kamu?"
Sita mendengus kasar, "Kemarin dia dateng lagi ke butik! Bawa istrinya lagi! Bikin naik darah aja!"
"Kamu coba bicara dulu sama mereka, siapa tau setelah ini mereka gak gangguin kamu lagi."
"Enggak! Aku gak bisa! Aku itu benci banget sama mereka! Apalagi sama Sera! Kesalahan dia itu gak bisa dimaafkan!"
Tangan Nizam terangkat mengelus lembut puncak kepala Sita, "Yaudah nanti aku aja yang bicara sama mereka berdua, supaya berhenti gangguin kamu lagi."
"Momy, Gila nambah satu boleh?"
Sita tersenyum lalu mencubit pipi kiri Gira saking gemasnya, "Gak boleh sayang, kalau makan terlalu banyak nanti kamu bisa pilek ." Sita melirik ke arah cup eskrim yang ada di tangan Gira, "Lagian es krimnya Gira kan masih ada."
"Tapi kan es klim nya enak. Gila mau lagi."
Kini giliran Nizam yang harus bertindak, "Gira mau nanti batuk-batuk, pilek, terus sakit? Gira mau momy sedih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...