🍒45. WHO IS HE?🍒

965 61 15
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Sita menghela nafasnya lelah. Lagi-lagi dirinya harus melakukan pekerjaannya. Pekerjaan yang membuat dirinya berurusan dengan Deran. Namun apa yang sudah terjadi padanya, ia harus tetap profesional. Jangan sampai mencampurkan masalah pribadinya.

"Sita, yang fokus."

Bukan hanya sekali dua kali, fotografer itu sudah berpuluhan kali menegur Sita yang sering melamun.

Dan nyatanya seorang Sita tidak bisa profesional.

"Kamu ada masalah?"

Sita menghela nafasnya, kepalanya menggeleng lemah. Tangannya kembali menggantung pada leher Deran. Pada saat itu juga, kedua mata mereka saling bertemu.

Cekrek

"Dan sekarang, kamu Sita. Senderkan kepala kamu di dada Deran."

Pekerjaan sialan!

Sita ingin sekali mengutuk fotografer bermulut lemes itu! Dia pura-pura tidak peka atau gimana?

Tidak menyadari kah? Jika dua manusia di hadapannya sedang berada dalam hubungan yang dikatakan sedang tidak baik-baik saja.

Deran yang menyadari ketidaknyamanan Sita, tangannya terangkat dan mendorong kepala gadis itu agar menempel di dadanya. Jangan di tanyakan lagi kondisi jantung Deran. Jawabannya tidak baik-baik saja.

"Sita natap mata Deran. Deran natap kamera."

Tahan Sita, jangan baper!

Setelah pekerjaannya selesai. Deran menarik tangan Sita dan membawanya ke kafe yang terletak di samping tempat kerjanya.

Sementara Sita hanya menatap minuman rasa matcha tanpa berminat menyentuhnya sama sekali.

Jangan nangis lagi ya Sita.

Belum cukupkah selama satu Minggu ini dirinya menangisi dia?

Ingat utbk tinggal beberapa hari lagi!

"Sita."

Akhirnya setelah setengah jam saling mendiami, Deran angkat bicara.

Mau tidak mau Sita mendongak, menatap kedua mata Deran yang menatapnya sendu.

"Kenapa De?"

"Maaf."

"Buat?"

"Maaf buat semuanya, maaf selama ini aku sering buat kamu sedih."

"Bukan sedih lagi tapi menderita!" Sayangnya ucapan itu hanya berani keluar di dalam batinnya. Sita menghela nafasnya pelan. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas, membentuk sebuah senyuman, tentunya senyuman palsu.

"Yah. Aku udah maafin kok. Kamu tenang aja, mulai sekarang kamu gak perlu merasa bersalah gitu."

"Aku serius minta maaf Ta."

DERAN✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang