"Sikap gue udah kaya gini, gue gak terbiasa deket sama cewek dan lo itu pacar pertama gue."
-Marius Derano Anggoro-Selamat Membaca♡
***
“Loh Sera kenapa Sit?” tanya Silla dengan wajah khawatirnya ketika Gue dan Sera sampai di dalam kelas.
“Ini semua gara-gara sepupu lo yang brengsek kek macam tai kuda itu.” Gue beralih menatap Sera yang pandangannya kosong, “Ser lo duduk dulu ya?”
Sera tetap diam, pandangannya kosong, matanya sembab karena di kantin tadi dia nangisnya udah kaya kucing garong. Kalau Sera sih anaknya ceria tapi gampang nangis sama kaya gue, tapi dia lebih parah.
Silla mendekat ke arah Sera dan menepuk pundaknya, “Sera duduk Ser.”
Gue menghela nafas berat, kemudian gue menuntun Sera supaya duduk di kursinya, setelah itu gue mengambil botol yang berisi air putih itu dari tas biru gue dan menyerahkannya kepada Sera, “Minum dulu Ser.”
Sera menatap gue, air matanya sudah berlinang di pelupuk matanya, tanpa aba-aba dia meluk gue sambil nangis lagi, “Hiks lo beruntung banget Sit. Hidup lo beruntung banget. Gue pengen menjadi lo sehari aja.”
"Kenapa lo tiba-tiba ngomong kaya ini hm?”
Sera melepaskan pelukannya, Ia menghapus air matanya yang membasahi kedua pipinya. Setelah itu dia tersenyum ke arah Gue, “Gak papa. Gue cuman iri aja sama lo. Lo beruntung banget ya... Dapet Deran yang juga mencintai lo.”
Gue kembali menarik Sera ke dalam pelukan gue, “Udah ya jangan bahas itu dulu. Tenangin pikiran lo dulu aja.” Gue menatap ke arah Silla yang menatap Sera cemas, “Sini Sil.”
Silla tersenyum singkat lalu Ia memeluk gue dan Sera begitu erat. Kini kita seperti teletabis yang sedang berpelukan.
***
Bel pulang berbunyi, semua anak langsung berhamburan ke luar kelas terkecuali gue, Silla dan Sera yang masih duduk manis di bangku. Gue melirik ke arah Sera yang wajahnya berubah jadi sayu, hidungnya merah dan matanya yang makin sembab.
Gue gak bisa terus-terusan ngelihat Sera seperti ini. Ini gak seperti Sera yang gue kenal. Gue harus ngomong sama si bangsat Raka. “Gue duluan ya Ser, Sil."
Sera dan Silla mengangguk kompak, gue tersenyum sekilas setelah itu gue melangkahkan kaki menuju kelas sebelas IPS satu. Saat sampai di kelas IPS satu, gue gak ngelihat ada Raka di sana.
Tanpa basa basi lagi gue pergi meninggalkan kelas sebelas IPS 1 dan mencari keberadaan Raka ada di mana. Panjang umur! Saat gue baru menginjakkan kaki di lapangan belakang, gue melihat Raka duduk sendiri di kursi besi dengan tatapan kosongnya.
“Ternyata lo ada di sini.”
Kedatangan gue yang tiba-tiba ngebuat Raka terkejut, “Ngapain lo ke sini? Bukannya lo marah sama gue?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...