***
Malam harinya, gue duduk termenung di tepi jendela, memandangi bintang-bintang yang bertaburan di atas langit, angin malam yang menerpa kulit tidak membuat gue kedinginan sama sekali.
Malahan hareudang:)Gue menghela nafas pelan, melirik ke arah layar ponsel, gak ada notifikasi satu pun dari Deran. Emang apa yang harus gue harapin dari dia? Toh gue udah terbiasa seperti ini dari dulu. Tapi kali ini kok rada nyesek ya?
Gue langsung menonakaktifkan ponsel gue, untuk sekarang, mungkin ini salah satu cara untuk ngehindarin dia dulu. Gue mencoba membiasakan diri hidup tanpa dia, kalau bisa gue akan ngelepasin dia dan mengakhiri hubungan tidak sehat ini, tapi kalau gak bisa gue gak tau harus apa.
***
Sudah lima hari belakang ini gue masih ngehindarin Deran. Berangkat siang bareng Raka, sampai sekolah bel sudah berbunyi, lima menit sebelum bel istirahat gue pamit ke luar kelas mengunci diri di dalam toilet sampai bel masuk kembali berbunyi, saat pulang sekolah gue langsung ke kelasnya Raka, terus nyeret dia keparkiran dan pulang.
Udah tiga kali Deran ke rumah buat jemput gue ke sekolah, tetapi gue nyuruh bi Ani bicara sama dia, kalau gue nginep di rumah saudara.
Rasanya memang berat, tapi gue berusaha kuat. Gue harus terbiasa hidup tanpa dia. Gue ngaku apa yang gue lakukan sekarang salah, salah karena lari dari masalah dan ngegantungin dia begitu aja.
Gue melirik ke arah tangan kiri, gue berdecak pelan ketika baru menyadari gue lupa bawa jam tangan.
“Ser sekarang jam berapa?”
Sera mengambil ponsel miliknya, “Sepuluh kurang dua belas menit.”
Masih kurang dua belas menit, gakpapalah gue ijin ke toilet sekarang.
Gue langsung bangkit dari tempat duduk, seperti biasanya gue selalu ijin ke toilet sebelum istirahat berbunyi karena tujuan gue adalah gak mau ketemu Deran.
Saat kedua kaki melintasi koridor kelas, tiba-tiba tangan gue dicekal seseorang dari belakang. Gue langsung membalikkan badan dan saat itu juga jantung gue seakan kembali berhenti berdetak.
“Eh Hai!” sapa gue canggung kepadanya.
“Aku mau bicara sama kamu.”
“Yaudah bicara aja.”
“Gak di sini.”
“Kenapa kalau di sini? Gue udah kebelet banget De! Gue mau ke toilet!”
Saat mau kembali melangkah, pergelangan tangan gue kambali di tarik oleh dia.
“Mau sampai kapan kamu ngehindar?”
Gue hanya diam aja, jujur gue deg-deg an banget kaya baru di tembak dia aja.
“Ta.”
“Enggak gue gak ngehindarin lo, belakangan ini gue sibuk banget, sorry.”
“Kenapa hpnya gak aktif?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DERAN✓ [Completed]
RandomBerjuang sendiri. Itu yang aku rasakan. Ada, namun tak dianggap. Aku memang pacarnya, tapi sikapnya yang dingin membuat aku lelah. Dia terus berlari, tanpa dia sadari aku mengejarnya. Capek? Iya tentunya sangat capek, namun aku tidak rela untuk mele...