Pagi itu sangatlah menegang bagi Akhtar. Karena sepanjang jalan Ayra terus merintih kesakitan dan baru kali ini ia melihat perempuan yang ingin melahirkan.
"Aahhkk," teriak Ayra kesekian kalinya.
"Sabar ya sayang. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit," ucap Akhtar sembari mengelapi keringat Ayra yang mengalir didahinya.
.
Alhamdulillah, pas sampai di rumah sakit mereka langsung ditangani oleh dokter. Apalagi semua dokter, perawat, apoteker, serta staf yang ada di rumah sakit itu sudah sangat mengenal Akhtar.
Dengan gerakan yang secepat kilat beberapa perawat dan satu dokter perempuan mengiringi Ayra yang sudah terbaring ditempat tidur yang menuju ruang persalinan.
Ayra hampir tak sadarkan diri akibat terlalu menahan rasa sakit. Semua pun khawatir, kondisi Ayra sudah benar-benar down jika tidak ditangani dengan cepat, entah Ayra dan bayinya akan selamat atau tidak. Apalagi air ketuban sudah pecah sejak beberapa jam lalu.
"Dok? Ayra perlu didampingi?" pertanyaan Akhtar sungguh membuat sang dokter membulatkan matanya.
"Tanpa saya menjawab, anda sudah tau pak." jawab sang dokter kesal.
"S-saya tidak berani melihat orang yang ingin melahirkan. Apalagi yang ingin melahirkan adalah istri saya ja–"
"Apalagi istri bapak. Pak Akhtar harus menemaninya, karena itu menjadi penyemagat untuk bu Ayra," potong dokter itu.
Akhtar menelan salivanya kasar.
Jujur sekali Akhtar takut. Waktu ibunya melahirkan Arumi saja, ia tidak melihatnya walaupun dari jendela kamar ruang persalinan.
Dengan berat hati Akhtar mengiyakan ucapan dokter tadi yang menyuruhnya untuk mendampingi Ayra.
Akhtar diluar sebentar untuk memikirkan akan masuk kedalam atau tidak. Tak lama kemudian datanglah Annisa bersama Fadhlan dan juga Nabilla. Kebetulan sekali. Bukannya Akhtar tidak ingin menemani Ayra melahirkan, ia tidak tega melihat Ayra kesakitan.
"Annisa! Nabilla! Sini,"
Mereka bertiga bingung, jadi mereka langsung lari menghampiri Akhtar yang sedang berdiri didepan pintu ruang persalinan.
"Kalian bisa temani Ayra melahirkan didalam?" tanya Akhtar.
Annisa dan Nabilla menautkan alis karena merasan bingung dengan pertanyaan Akhtar barusan. "Kenapa tidak kamu saja?" tanya Nabilla.
"Em... a-aku tidak be-berani melihatnya," baru kali ini Fadhlan melihat bos sekaligus sahabatnya gugup.
"Jangan lah! Lo suaminya, dia butuh dukungan dan semangat dari lo Tar. Sudah cepat masuk sana!" geram Fadhlan sembari mendorong Akhtar sampai pintu ruangan bersalin itu terbuka.
Brak.
Pintu ruangan itu terbuka secara paksa dan membuat orang-orang yang berada didalam terkejut bukan main. Ditambah lagi Akhtar yang tersungkur dilantai akibat dorongan keras dari Fadhlan.
.
Sudah sekitar 1 jam mereka menunggu diruang tunggu, sedangkan Akhtar sudah berada didalam dengan baju yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit. Ayra sudah pembukaan sembilan, sebentar lagi akan memasuki pembukaan sepuluh.
Semangat Ayra!
Ayra sebenarnya sudah tidak kuat lagi menahan rasa mual dan sakitnya. Tapi harus menunggu satu pembukaan lagi. Entah sudah berapa banyak air mata yang menetes serta rintihan yang keluar dari mata dan bibir Ayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)
Romance⚠️(SLOW UPDATE)⚠️ Akhtar Qabeel Alfarezi adalah seorang pengusaha muda yang sukses umur nya sekitar 25 tahun dia bekerja di Perusahaan Ayah nya. Ia terkenal tegas, bijaksana, ambisius, tanggung jawab. Suatu saat ia dijodohkan oleh kedua orangtuanya...