41. -||PCADA||-

169 16 0
                                    

Sampai saat ini Yusuf masih terngiang dengan ucapan Akhtar waktu di rumah sakit kemarin.

"Cinta bagaikan sihir. Mampu merubah seseorang dalam waktu singkat."

Ya. Itu memang benar adanya. Yusuf sendiri pun merasakan hal itu, ketika bertemu dengan Nabilla hati Yusuf selalu berbunga-bunga.

Walaupun dulu mereka berdua sempat ada masalah tetapi semua itu berubah seketika saat Yusuf menyadari bahwa Nabilla adalah wanita yang baik dan cantik.

Lupakan tentang Nabilla, kini otak Yusuf berputar memikirkan Fadhlan. Hubungan diantara mereka saat ini sedang merenggang akibat masalah tempo lalu. Padahal hanya masalah sepele tapi berbuntut sampai sekarang.

Jujur, Yusuf adalah tipikal orang yang gengsi meminta maaf duluan walaupun dia sendiri yang salah. Jadi, mustahil sekali kalau Yusuf sampai berucap maaf duluan kepada Fadhlan

Namun, kalau dipikir-pikir Yusuf memang tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perasaan Fadhlan yang sedang tidak bagus jadinya berakhir seperti ini.

Dalam masalah mereka Akhtar tidak ingin ikut campur. Akhtar pikir mereka berdua sudah sama-sama dewasa, jadi tidak perlu bertengkar atau mendiamkan satu sama lain sampai berlarut-larut. Tapi ternyata dugaannya salah besar, ia lupa kalau kedua sahabatnya ini mempunyai rasa gengsi yang besar. Jika salah satu tidak ada yang mengalah, masalah akan terus berlanjut sampai nanti.

"Suf. Sini deh bentar." panggil Akhtar dari dalam ruangan. Kebetulan Yusuf sedang berbincang-bincang dengan karyawan yang lain, dan letak mereka tidak jauh dari ruangan Akhtar. Kebetulan juga pintu ruangan Akhtar sedang terbuka lebar.

"Nanti kita bicarakan lagi ya pak." Yusuf mengakhiri percakapannya dengan karyawan itu.

Kemudian ia berjalan menuju ruangan Akhtar yang jaraknya dekat dari sana, mungkin hanya butuh sepuluh langkah saja untuk sampai ke ruangan itu.

"Kenapa?"

"Ah itu, nanti siang perusahaan kita ada kunjungan ke perusahaan pak Fahmi untuk melihat saham yang akan kita beli. Tapi gue nggak bisa datang, lo tau sendiri Husein gimana kalau gue lama pulang pasti bakalan rewel. Emm lo dan Fadhlan bisa nggak ngewakilin gue datang kesana?" mungkin cara ini akan berhasil untuk mendekatkan kembali antara Yusuf dan juga Fadhlan.

"Bisa sih, jadwal gue juga nggak padet kok. Kerjaan gue juga udah selesai. Emang jam berapa kunjungan kesananya?" tanya Yusuf.

"Sekitar jam satu siang, sehabis jam makan siang lah. Oya nanti jangan lupa bilangin Fadhlan ya, soalnya dari tadi dia gue telepon nggak diangkat." tuturnya.

"Oke. Yaudah sekarang gue ke ruangan Fadhlan dulu ya."

"Iya."

Seperginya Yusuf dalam hati Akhtar ia berdoa, agar mereka bisa berdamai kembali seperti sedia kala.

.

Yusuf tidak benar-benar ke ruangan Fadhlan setelah diperintahkan oleh Akhtar tadi. Dan sebenarnya masih ada sedikit pekerjaan yang harus ia kerjakan, maka dari itu ia ingin menyelesaikan terlebih dahulu semua pekerjaannya baru lah ia pergi ke ruangan Fadhlan untuk memberi tau jadwal mereka setelah jam makan siang.

Waktu juga baru menunjukkan pukul sepuluh pagi, tidak ada salahnya juga kalau memberi tahu Fadhlan sekitar satu jam lagi.

"Tapi nggak apa-apa lah kasih tau sekarang aja." Yusuf bermonolog sendiri.

Yusuf pun beranjak dari sana dan berjalan menuju ruangan Fadhlan. Ruangannya tidak jauh dari ruangan Yusuf sekitar berjarak lima meter saja.

Pintu ruangannya sedikit terbuka, dan Fadhlan bisa terlihat sedikit dari celah pintu itu. Ia terlihat sedang sibuk dengan laptop dan juga beberapa file yang tergeletak diatas meja kerjanya.

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang