47. -||PCADA||-

252 19 5
                                    

Akhtar masih berkutik dengan layar monitor didepannya. Menyusun dan membuat laporan mingguan perusahaan, ditambah memantau perkembangan cabang baru. Satu bulan yang lalu Akhtar membuka cabang baru lagi, kini bukan saja memperluas cabang utama yaitu tambang, Akhtar juga membuat produk baru yaitu cabang barang elektronik.

Tadinya Ayra kurang setuju dengan keputusan Akhtar yang ingin menambah dan membuka cabang baru, tetapi Akhtar tetaplah Akhtar ia berambisi untuk memperluas bisnisnya. Walaupun resikonya ia akan selalu sibuk dengan pekerjaan, namun ada rasa bangga tersendiri karena memiliki banyak cabang bisnis.

Tak hanya di Jakarta saja, Akhtar juga memiliki bisnis kuliner di luar kota. Namun bisnis itu dikelola oleh sang ayah, jadi ia hanya sesekali memantaunya. Meskipun begitu ia dapat membagi waktu untuk pekerjaan dan juga waktu untuk keluarga.

Ayra sudah menawarkan diri untuk membantu pekerjaannya di kantor pusat, tapi Akhtar melarangnya dengan alasan Ayra harus menjaga Husein. Ia tidak ingin anaknya kekurangan kasih sayang akibat mereka sibuk bekerja. Ayra pun tidak bisa berbuat apa-apa selain mematuhi perkataan suaminya.

"Selesai! Akhirnya...." ucapnya lega.

Akhtar melihat jam dinding, jam sudah menunjukan pukul empat sore. Untung saja ia tidak telat, buru-buru Akhtar merapikan segala dokumen dan laptopnya.

Baru saja ingin beranjak dari mengangkat kaki dari sana, tiba-tiba Fadhlan masuk dengan berkas yang berada didalam genggamannya. "Assalamu'alaikum, Tar."

"Wa'alaikumsalam, kenapa?"

"Ini ada dokumen penting yang harus lo tanda tangan sekarang juga. Karena lusa kita ada rapat penting lagi dengan clien." jelas Fadhlan.

Saking sibuknya dengan laporan mingguan ia sampai lupa kalau ada rapat penting lagi mengenai kerjasama perusahaannya dengan perusahaan lain.

"Ya sudah. Mana dokumennya?"

Fadhlan langsung menyodorkan. "Ini."

Tanpa menunggu waktu lama ia langsung menandatangani semua dokumen yang Fadhlan bawa. "Sudah. Ada lagi?"

Fadhlan berpikir sejenak kemudian menggelengkan kepala. "Nggak ada."

"Oke, lo bisa kembali ke ruangan. Bilangin sama semua karyawan hari ini kalian boleh pulang cepat dan melanjutkan pekerjaan kalian di rumah." putusnya.

"Huh? Kenapa?"

"Nggak ada apa-apa, biar otak kalian rileks ketika mengerjakan pekerjaan. Pasti kalau di rumah kalian bisa lebih bersantai lagi daripada bekerja di kantor."

"Hm, iya sih. Ya sudah nanti gue bilangin kesemuanya."

Akhtar menganggukan kepalanya singkat.

"Gue pulang dulu assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Akhtar pulang dengan menyapa dengan karyawan di kantornya. Entah mengapa suasana hatinya saat ini senang berbunga-bunga.

"Eh-eh liat pak Akhtar kayaknya dia lagi senang deh."

"Iya, dari tadi senyum terus."

"Jarang sekali beliau menyapa kita semua."

Itulah bisikan-bisikan karyawan terhadapnya. Ia tidak memperdulikan ocehan mereka, Akhtar lanjut berjalan sampai akhirnya sampai di parkiran.

.

"Assalamu'alaikum sayang!" sapanya kepada Ayra.

Ayra yang tengah santai menonton televisi di ruang tengah, sedikit terkejut dengan kepulangan Akhtar yang terbilang masih sangat sore. Biasanya ia pulang sekitar jam lima dari kantor, dan sampai rumah jam setengah enam sore. Tetapi hari ini suaminya pulang cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang