37. -||PCADA||-

233 12 0
                                    

Satu minggu sudah mereka–Fadhlan dan Yusuf pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Bagaimana dengan Annisa, istri dari Fadhlan? Annisa akhirnya mau diajak oleh Fadhlan walaupun harus berkali-kali merayu, menakut-nakuti Annisa agar mau.

Sulit memang. Tapi untunglah Annisa bisa berubah pikiran. Jadi disana Fadhlan tidak kesepian dan meratapi nasib karena menahan rindu kepada istrinya.

Bagaimana dengan Yusuf? Semenjak belakangan ini dia sibuk menyelesaikan pekerjaannya dikamarnya. Mereka satu apartemen tetapi beda kamar. Ya iya lah beda kamar masa mau bertigaan dikamar yang sama.

Jaraknya hanya beberapa langkah saja, jadi tidak perlu repot-repot datang menggunakan lift. Dan apartemen ini milik Akhtar, jadi mereka tidak perlu bayar uang sewa. Beruntung sekali mempunyai atasan sekaligus sahabat sebaik Akhtar.

Bicara soal Yusuf. Memang ada yang aneh dari sikapnya, terlalu fokus kepekerjaan sampai lupa makan dan istirahat. Padahal Fadhlan sudah mengingatkannya berkali-kali namun hasilnya nihil. Yusuf masih mengulangi hal itu.

"Gue lagi di Kalimantan. Jaga diri lo ya, hati gue resah jauh dari lo,"

Itulah pesan singkat yang Yusuf kirimkan kepada seseorang yang dia anggap spesial.

.

"Gue lagi di Kalimantan. Jaga diri lo ya, hati gue resah jauh dari lo,"

Sang empunya hanya tersenyum simpul ketika melihat pesan itu. 

.

"Mas, aku nanti mau ajak Husein jalan-jalan sore keliling komplek," tutur Ayra.

"Iya sayang. Jam berapa? Biar aku jalan-jalannya sama aku juga,"

Seketika hati Ayra menghangat. "Nanti sore sekitar jam empatan mas, soalnya Husein juga belum bangun tidur, belum makan juga. Kasihan nanti ditengah jalan malam kelaparan lagi,"

"Yaudah. Kamu diam-diam ya istirahat dikamar aku mau keluar sebentar beli kebutuhan rumah yang sudah habis,"

"Nanti aja mas biar aku sama Husein ikut. Dan biar cewek-cewek nggak ada genit sama mas. Pokoknya aku mau ik–"

"Jangan membantah sayang. Aku nggak mau kamu sama Husein kelelahan karena keliling cari barang-barang yang kita perluin. Aku berangkat dulu Assalamu'alaikum. Oh iya jangan lupa kunci semua pintu dan jendela, kalau aku lama, aku suruh Arumi kesini,"

Ayra cemberut karena kesal tidak boleh ikut tetapi walaupun begitu ia tetap menuruti suaminya. "Wa'alaikumsalam mas, iya mas. Hati-hati dijalan,"

Akhtar mengangguk lalu pergi keluar kamar.

Melihat kepergian Akhtar, Ayra mensyukuri mendapat suami seperti Akhtar. Yang selalu sigap dalam keadaan apapun, menurutnya Akhtar cocok sekali menjadi sosok ayah yang baik. Dan juga Akhtar diam-diam telaten mengurusi Ayra.

Beberapa jam kemudian.

"Assalamu'alaikum sayang,"

"Mas lama banget,"

"Jawab dulu salamnya sayang," ujar Akhtar lembut.

"Wa'alaikumsalam,"

"Nih aku bawain buat kamu. Tadi abangnya ada dipinggir jalan,"

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang