38. -||PCADA||-

196 16 4
                                    

"Kamu natap apa sih dibawah? Ada uang logaman jatuh?"

.

"Kalau saya lagi bicara sama kamu. Tatap mata saya!" Rafa agak meninggikan intonasi suaranya.

"Maaf pak. Haram," tukas Arumi dengan cepat.

Rafa tertegun dengan jawaban yang dilontarkan oleh Arumi.

Baiklah Rafa mengerti. Ajaran agama keluarga Akhtar sangatlah ketat, wajar saja kalau Arumi memberi jawaban seperti tadi.

"Kenapa kamu terlambat hampir lima belas menit? Kamu kesiangan atau memang sengaja ingin bolos dari kelas saya?"

"Bapak jangan su'udzon. Saya belum menjelaskan apapun,"

Rafa kembali terdiam.

Ia berusaha mendengar penjelasan Arumi secara seksama. Wajahnya sangatlah serius ingin tau mengapa muridnya yang satu ini bisa terlambat.

"Tadi saya naik ojol, ojolnya kena macet gara-gara ada badut atraksi ditengah jalan. Yaudah saya jadi telat, oh iya! Saya nggak dibolehin bawa motor jadi dengan berat hati saya baik ojol. Sekian terimakasih,"

Arumi membungkukkan tubuhnya, kemudian hendak ingin keluar dari ruangan yang ekstrim itu. Tiba-tiba Rafa mencekalnya dengan menarik tas kecil milik Arumi.

"Ahk!"

"Saya belum selesai bicara Arumi!"

Akhirnya Arumi kembali menghadap sang dosen. "Apalagi pak? Saya capek loh dari tadi berdiri terus,"

"Tidak jadi. Silahkan kembali ke kelas!"

Mungkin besok, lusa, atau selamanya Arumi harus datang ke psikiater untuk meminta bantuan agar ia mempunyai kesabaran yang lebih dalam menghadapi dosen seperti Rafa ini.

Arumi sudah kehabisan akal karena ulah Rafa. Pantas saja kakaknya membenci Rafa, ternyata memang benar.... akal sehat Rafa sudah benar-benar hilang. 

"Kenapa sih dosen gue harus dia. Manusia gila!" Arumi mengumpat beberapa kali didalam hatinya.

.

"Udah pulang?

"Bentar lagi mau terbang ke Jakarta. Nanti jemput ya, bareng Ayra dan Akhtar,"

"Oke. Kalau udah mau sampai bandara telepon gue,"

"Siap. Ya sudah gue tutup dulu teleponnya,"

"Iya. Ya sudah hati-hati ya assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam,"

.

"Aduh Husein makin lama makin gendut aja kamu nak. Nanti diet ya, kalau gendut-gendut nanti susah lari," ucap Akhtar kepada Husein yang berada digendongannya.

"Mas kalau ngomong asal aja,"

"Loh? Memang benar toh. Kamu juga habis lahirin Husein belum langsing lagi,"

Apa?! Sejak kapan Akhtar memandang fisiknya?

"Kalau mau yang langsing, cari perempuan lain aja sana!" jawab Ayra ketus.

Akhtar sengaja meledek Ayra, kemudian ia meninggalkan Ayra sendiri dikamar yang sedang merapikan baju yang sudah ia setrika tadi siang.

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang