43. -||PCADA||-

165 19 6
                                    

"Mas Affran, mas Akhtar kenapa?"

"Dia cemburu dan takut kehilangan kamu Ay. Dia takut kamu diambil laki-laki lain."

Akhtar melepas pelukannya dan berkata. "Akal-akalan lo aja bilang begitu." kemudian Akhtar meninju pelan perut Affran.

.

Lagi asyik dengan kebersamaan mereka, ditambah lagi Husein sudah bangun dari tidurnya. Tiba-tiba ada perempuan datang kerumah Akhtar dengan membawa beberapa bingkisan makanan.

Ayra agak tersentak ketika melihat perempuan itu datang lagi, menurutnya sangat tidak sopan bertemu dengan berpakaian yang agak minim dan make up yang cenderung berlebihan. Apalagi tatapannya itu sangat menggoda bagi Ayra. Sedangkan Ayra menatapnya sangat tidak suka.

"Assalamu'alaikum." sapa Laura ramah.

"Wa'alaikumsalam." jawab Akhtar dan Affran bersamaan.

Kalau Ayra menjawabnya didalam hati.

Affran yang sedang menggendong Husein, kini beralih menatap Laura dengan tatapan heran.

Siapa wanita ini? tanya Affran dalam hatinya.

"Cari siapa ya mbak?" karena rasa penasarannya semakin membesar, akhirnya Affran langsung bertanya kepada Laura.

"Ah.... ini saya mau memberikan beberapa bingkisan ini untuk mas Akhtar."

Ayra langsung naik pitam. Apa tadi katanya? Hanya untuk suaminya? Tetangga macam apa itu. Padahal tepat dihadapannya ada istrinya, kenapa berani sekali ia menyebut Akhtar dengan panggilan mas.

Akhtar sendiri sudah was-was, bisa dilihat wajah Ayra yang sudah penuh emosi. Matanya sudah berapi-api seperti ingin menerkam mangsa.

Affran hanya manggut-manggut saja. Karena memang ia tak paham. Akhirnya ia sibuk dengan keponakannya lagi. Dan tanpa ia sadari, Affran tidak memberi izin Laura untuk masuk kedalam.

Melihat sikap cuek kakaknya, Ayra tersenyum sinis dan sedikit bangga dengan sikap acuh kakaknya. Karena memang pantas Laura mendapatkan sikap yang seperti itu. Menurut Ayra.

"Eh Laura. Apa kabar? Ayo sini masuk dulu."

Apa-apaan ini?! Kenapa Akhtar ramah sekali. Apa ia tidak lihat ekspresi Ayra saat ini?

Kini Ayra beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Laura dengan langkah yang emosi. Tidak ada sapaan atau senyuman yang ramah dari Ayra, ia hanya ingin mempertanyakan makanan yang Laura saja. Kemudian lekas menutup pintu rumahnya rapat-rapat.

"Maaf mbak Laura, kita lagi ada kedatangan salah satu keluarga kami, rasanya tidak enak saja kalau diganggu kebersamaan kami. Dan apa sopan ya, kalau berkunjung kerumah tetangga yang sudah memiliki istri dan anak berpakaian seperti itu? Terlebih dari dirumah ini lebih banyak laki-laki. Lalu, apa tidak lancang, hanya menyebut nama suami orang saja disaat ada istri disampingnya?" kata-kata yang keluar dari mulut Ayra benar-benar menohok dihati Laura. Ayra tidak peduli kalau Laura sakit hati, karena memang begitu adanya. Kehadiran Laura yang membuat keluarga mereka agak renggang tempo waktu lalu, apalagi ia hanya tetangga baru disini rasanya tidak sopan sekali kalau terus-terusan berkunjung. Ayra paham sekali dari awal Laura menatap Akhtar, tatapan itu berbeda dan sulit untuk diartikan. Untuk menjaga ketentraman rumah tangganya tidak segan-segan Ayra mengusir Laura dari rumah ini. 

Affran sendiri agak terkejut dengan sikap kasar Ayra. Karena yang Affran tau Ayra wanita yang memiliki hati lembut. Tapi sekarang sudah berbeda. Kalau dipikir-pikir lagi tindakan yang Ayra ambil, adalah tindakan yang benar. Ia hanya ingin mempertahankan kedamaian rumah tangganya saja tidak lebih.

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang