"Mau ajak nikah Rumi, Ay."
Perkataan itu masih terbayang dipikiran Arumi sekarang. Apa iya Affran bicara begitu dengan serius atau hanya sekedar candaan belaka saja? Ah, ia jadi tidak fokus mengerjakan tugas kuliahnya karena perkataan Affran dua hari lalu.
"Rumi!"
"Eh kamu Fi, ada apa ya?"
"Tadi kamu gak dengar kata dosen kita?"
Arumi terdiam sejenak sembari mengingat apa yang diucapkan dosennya tadi. Nyatanya nihil. Ia tidak mengingat apapun.
Arumi menggeleng pelan. "Nggak dengar apa-apa."
"Ngelamun aja sih. Kita ada tugas kelompok, bikin observasi tentang pertumbuhan ekonomi dipelosok Indonesia. Kebetulan kita satu kelompok."
"Hah? Emang iya? Kita sekelompok sama siapa lagi?"
"Kamu, aku, Ilena, Andi, Aisyah, sama Gibran. Udah sih cuma enam orang doang. Niatnya mau ngerjain dimana? Semuanya nunjuk kamu jadi sekretaris kelompok, terus aku yang jadi ketuanya. Aku mah terserah kamu aja mau ngerjain dimana."
"Ah... jadi gitu ya, emm di rumah kakak aku bisa? Tau 'kan?"
"Kak Akhtar?"
"Iya, Rafi. Siapa lagi kakakku kalau bukan dia."
"Hehe, aku agak lupa-lupa dikit soalnya. Iya tau kok, yaudah nanti aku kasih tau yang lain. Malam ini mau? Biar cepat selesai. Kita juga ada tugas lagi 'kan buat neliti kasus narkoba di Indonesia yang gak ada habisnya itu."
"Oh iya! Untung kamu ingetin aku. Yaudah nanti aku bilangin ke kak Akhtar."
"Siap Rum."
Arumi mengangguk dan tersenyum.
"Yaudah aku mau ke kantin dulu ya, assalamu'alaikum." pamit Rafi sebelum pergi.
"Iya, wa'alaikumsalam."
.
Sepulangnya Arumi dari kampusnya, ia langsung mencari sang kakak untuk minta izin.
"Assalamu'alaikum kak Ayra."
"Wa'alaikumsalam Rum, kamu udah pulang?"
"Iya nih baru aja sampai. Oya kak, kak Akhtar kemana? Dari tadi Rumi cari gak ketemu-ketemu."
"Lagi ngajak jalan-jalan Husein keliling komplek. Biasa rutinitas Husein setelah mandi sore. Emang kenapa Rum?"
"Oh, kirain kemana. Rumi mau minta izin, nanti teman-teman Rumi mau kerja kelompok disini kak. 'Kan kalau ngerjain di rumah gak mungkin juga. Ayah sama bunda lagi ke luar kota, jadi Rumi nyari tempat yang ramai aja gitu."
"Ah iya, benar juga. Tapi apa gak keganggu kamu lagi kerja kelompok gitu terus berisik? Tau sendiri Husein gimana kalau banyak orang."
"Gak apa-apa kak. Mereka juga suka anak kecil, palingan nanti Husein yang digodain hehe."
"Kamu ini. Yaudah siap-siap buat nanti malam, mau kakak buatan cemilan apa?"
"Ih kak, gak usah repot-repot. Nanti Rumi beli cemilan aja disebrang jalan sana. Kak Ayra juga cape 'kan pasti seharian ngurus rumah sama anak."
"Benar nih?"
"Iya kak. Gak usah. Mending kakak istirahat aja, sambil nunggu kak Akhtar sama Husein pulang."
"Ya udah, makasih ya Rum kamu udah ngertiin kak Ayra."
"Justru aku yang terima kasih sama kak Ayra karena udah diizinin kerja kelompok disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)
Romance⚠️(SLOW UPDATE)⚠️ Akhtar Qabeel Alfarezi adalah seorang pengusaha muda yang sukses umur nya sekitar 25 tahun dia bekerja di Perusahaan Ayah nya. Ia terkenal tegas, bijaksana, ambisius, tanggung jawab. Suatu saat ia dijodohkan oleh kedua orangtuanya...