46) Sky And Myesha P

283 25 4
                                    


“Menurutku, happy ending itu tidak selalu harus berakhir bersama karena pada kenyataannya happy ending yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa ikhlas menerima semuanya.”

🍁🍁🍁

Kejadian Langit yang datang tiba-tiba ke koperasi dan juga habisnya stok baju olahraga itu bukan suatu kebetulan karena sebenarnya itu sudah direncanakan oleh Darel.

Awalnya Darel mendapatkan kabar dari Jessica jika baju olahraga Adia tertinggal di rumah. Sejak saat itu, ide gila itu muncul. Darel lantas bekerjasama dengan penjaga koperasi sekolah dan juga Langit.

Langit harus berterimakasih pada Darel karena setidaknya perpisahan antara dirinya dan Adia itu baik-baik saja.

Untuk saat ini takdir seakan merestui Adia dan Langit karena hampir lima menit mereka berpelukan tidak ada satupun orang yang melihatnya dan menganggu pelukan keduanya.

Saat pelukan itu terlepas atau lebih tepatnya Adia yang melepas pelukannya lebih dulu, kini mereka saling pandang dengan senyuman di wajah masing-masing.

"Lain kali jangan ceroboh lagi," ujar Langit yang pertama kali bersuara.

Adia mengangguk. "Makasih ya, besok aku balikin."

"Iya, santai aja. Btw, lo bawa ikat rambut?"

Dahi Adia mengernyit. "Kamu mau jadi jamet?"

"Hah? Jamet?"

"Iya itu, yang cowok, tapi diikat rambutnya."

Langit terkekeh sembari geleng-geleng kepala. "Enggaklah, Mye. Lo tuh ya terlalu polos. Udah siniin ikat rambutnya!"

Meskipun bingung apa tujuan Langit, Adia tetap dengan sukarela memberikan ikat rambutnya.

"Balik badan!" titah Langit sesaat setelah dirinya menerima ikat rambut dari Adia.

"Mau ap—"

"Ngikut aja napa sih, Mye."

Adia menghela nafasnya sebelum akhirnya Adia mengikuti perintah sang mantan.

Langit tersenyum tipis sebelum akhirnya pria itu mulai mengumpulkan helaian rambut sepinggang milik sang mantan.

"Langit, kamu mau ngiket rambut aku?" tanya Adia saat dirinya merasakan tangan Langit mengumpulkan helaian rambutnya.

"Iya, Mye. Dari dulu gue pengin kayak gini biar kayak yang pacaran."

"Tapi kita udah jadi mantan."

"Yaudah enggak papa, kita mah kan beda dari yang lain."

Diam-diam Adia mengulum senyumnya, hal itu seiiring dengan jantungnya yang berdebar. Adia memang masih mencintai Langit, namun untuk kembali pada pria itu rasanya Adia tidak sanggup.

Setelah dirasa semuanya telah rapi, Langit lantas membalikan badan Adia untuk kembali berhadapan dengannya.

"Sorry kalau selama pacaran gue enggak jadi pacar yang baik dan makasih juga untuk perdamaian ini. Gue berdoa nanti kita ketemu lagi di titik terbaik menurut takdir," ucap Langit sembari merapikan rambut Adia dari depan.

Adia tersenyum sembari mengangguk. "Terimakasih juga Langit, aku lega sekarang."

Langit mencubit pipi sang mantan sebelum akhirnya pria itu pergi lebih dulu meninggalkan Adia yang masih terpaku di tempat sembari menatap sang mantan.

"Aku percaya takdir enggak pernah sia-sia dalam merangkai kisah pemain skenarionya. Mungkin akhir ini berpisah, tapi aku percaya ini happy ending yang sebenarnya. Happy ending bukan selalu berakhir bersama, tapi menurut aku lebih bisa ikhlas menerima semuanya itu happy ending sesungguhnya. Sekali lagi, terimakasih Langit."

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang