10) Langit Aneh

420 34 9
                                    


“Maunya apa sih, dulu aja milih pergi eh sekarang datang lagi, mana so-soan mau berjuang lagi.”

🍁🍁🍁

"Nanti jangan lupa makan bekal yang udah Mama siapin. Pokonya jangan sampai telat makan. Mama enggak mau kamu kenapa-napa, Ad. Kamu itu anak Mama, sakitnya kamu sama mendiang papa Mama itu sama. Jangan bikin Mama takut."

Adia tersenyum menatap mamanya, Diana. Adia dan almarhum Adimas, kakeknya Adia, memang memiliki riwayat sakit maag dan tentunya itu membuat Diana, sang anak dari almarhum Adimas sangat takut kehilangan orang yang dia sayang untuk kedua kalinya, meskipun Adimas meninggal bukan karena penyakit maagnya, tetapi tetap saja Diana takut.

"Kakek udah tenang di sana, Ma. Aku di sini juga udah sehat. Mama jangan sedih lagi, ya?" Adia menggenggam kedua tangan mamanya.

Diana mengangguk kemudian memeluk putrinya sekilas. "Yaudah, kamu berangkat nanti kesiangan."

"Iya, Ma. Assalammualaikum." Adia mencium tangan mamanya.

"Waalaikumussalam."

Kali ini Adia diantar oleh abangnya, Kenan. Biasanya Kenan selalu sibuk dengan pacarnya, tetapi untuk kali ini dan seterusnya dia akan rajin mengantar jemput adiknya, selagi tidak bentrok dengan jadwal kuliahnya.

"Kamu sayang banget sama Langit?"

Adia yang semulanya fokus pada jalanan lantas menoleh ke arah abangnya. "Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

"Pengen tahu aja," jawab Kenan seadanya seraya fokus pada jalanan di depannya, tidak lucu jika dirinya dan Adia mengalami kecelakaan nantinya.

"Percuma, Bang, aku sama dia udah bubar."

"Dan itu yang buat kamu sakit."

Adia tidak mengelak, dia memang tidak nafsu makan karena pikirannya dipenuhi oleh Langit yang memilih mengakhiri hubungan keduanya.

"Rara cerita ke Abang katanya kamu sering curhat di grup ciwi-ciwi generasi Agasa dkk."

"Terus kenapa?"

"Rara tahu kamu tulus banget sama Langit."

"Iya, terus kenapa? Kenapa Abang jadi peduli?"

Bukannya dulu Kenan sangat menentang hubungannya dengan Langit, tetapi kenapa Kenan seperti berubah pikiran?

"Kalau Abang ngelakuin ini demi kak Rara, mending jangan deh, Bang. Percuma juga. Aku sama Langit udah bubar."

Kenan menoleh ke arah adiknya yang memasang wajah marahnya, tetapi tersirat kekecewaan yang besar. "Maaf, Ad. Abang ngelakuin ini bukan karena Rara, tapi Abang tulus. Setelah Abang pikir-pikir Langit emang cocok buat kamu, tinggal kalian aja yang harus saling mengerti satu sama lain dan Langit yang lebih peduli sama kamu."

"Percuma, Bang, aku udah putus juga."

"Abang tahu, tapi Abang setuju kalau kalian balikan."

Balikan? Haha, tidak mungkin.

Langit menyayangi Nadia, lebih dari sekedar seorang kakak.

Sangat miris bukan?

Terlebih restu yang selama ini Adia damba datang di waktu yang kurang tepat.

***

"Pagi, Mye."

Adia menatap datar pria di depannya, siapa lagi bukan Langit. "Minggir!" ketusnya.

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang