50) Perpisahan

618 23 11
                                    


“Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.”

🍁🍁🍁

"Lang, ke pasar malam dulu, yuk! Deket sekolah, lho."

"Mau ngapain?"

"Pengin naik bianglala terus beli permen kapas."

"Beli permen kapas doang, gue sibuk. Gue harus jemput Nadia belum bantu ibu antar pesanan, lagian gue juga enggak suka ke pasar malam."

"Tapi, Lang, aku maunya sam—"

"Beli permen kapas atau enggak sama sekali."

"Yaudah iya."

Adia masih ingat bagaimana kukuhnya Langit yang selalu menolak ajakan Adia untuk pergi ke pasar malam, padahal letak pasar malamnya cukup dekat dengan sekolah mereka.

Namun, nyatanya Adia yakin jika Langit tidak mungkin membohonginya. Jadi, begitu dia menerima pesan ajakan dari Langit, Adia lantas bergegas ke tempat yang disebutkan Langit yang tak lain tempat itu adalah pasar malam dekat SMA Nusa Bangsa.

Sejujurnya Adia tidak ingin bertemu Langit terlebih jika hanya berdua, namun karena ada yang harus Adia berikan membuat Adia terpaksa mengurungkan niat itu dan menemui Langit di pasar malam.

Ting.

Langit: Arah jam sembilan.

Adia lantas mengikuti arahan pesan dari Langit dan ternyata benar di sana, di jarak hanya dua meter darinya, Adia bisa melihat sosok Langit, sosok yang hampir empat bulan ini dia hindari.

"Hai," sapa Adia kaku membuat Langit lantas berjalan mendekatinya.

Jantung Adia masih sama, selalu berdebar hebat tatkala berada di dekat Langit. Terlebih saat ini Langit tersenyum manis ke arahnya.

"Hai," balas Langit setelah dirinya berdiri tepat di depan Adia, "sorry lama nunggu."

Adia mengangguk sembari menelan salivanya karena yakinlah dia gugup tatkala tatapan tajam milik Langit menatap lurus ke arahnya. "Enggak papa."

Langit berdehem. "Before we talk, how about we ride the Ferris wheel first?"

"Hah? Are you sure?"

Setelah dikejutkan dengan ajakan ke pasar malam, kini Adia kembali dikejutkan oleh ajakan Langit untuk naik bianglala.

"Apa gue kayak orang bercanda?" 

Adia menggeleng. "Lang, kamu kenapa? Setelah hampir empat bulan kita enggak tegur sapa, lalu kamu muncul lagi dengan hal-hal yang mengejutkan."

Alih-alih menjawab pertanyaan Adia, Langit justru memilih untuk menarik Adia masuk ke pasar malam.

Langit hanya ingin menghabiskan waktu terakhirnya dengan Adia dengan sangat indah dan berkesan dan salah satunya naik bianglala, sangat sederhana, tetapi sejak dulu Langit belum bisa memenuhinya.

***

Adia merasa seperti dalam mimpi sekarang. Bagaimana bisa keinginannya sejak dulu yang mungkin terasa mustahil kini terwujud.

Adia hanya ingin seperti pasangan lain, naik bianglala berdua dan berbincang ria sembari menatap indahnya kota.

Hanya itu, namun terasa mustahil dulu. Akan tetapi, saat ini, detik ini, Adia dan Langit sudah berada di puncak bianglala. Mereka bisa melihat indahnya kota Jakarta dari ketinggian.

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang