“Asal kamu tahu, dihina oleh orang yang kita sayangi itu jauh menyakitkan daripada dihina oleh orang lain.”
🍁🍁🍁
"Pasien mengalami tekanan psikis yang cukup parah, saya harap Anda memberi tahu ini pada orang tua pacar Anda."
Justin menghela napasnya, dia mengacak rambutnya frustasi.
"Apa karena gue, Adia kayak gini?" gumamnya seraya menatap Adia yang masih terbaring lemah di atas kasur rumah sakit. Sebenarnya Adia diperbolehkan pulang, tetapi harus menunggu perempuan itu sadar dulu.
"Kalau itu iya, gue minta maaf, ya, Ad," lanjutnya seraya menggenggam tangan Adia.
Adia yang merasakan itu lantas terusik, dia menggeliat tak nyaman dan perlahan mata indahnya terbuka.
Beberapa kali dia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya di sekitar, akhirnya mata itu terbuka sepenuhnya dan tatapannya langsung jatuh pada Justin tentu hal itu membuatnya menegang terlebih ketika dia merasakan genggaman tangan Justin di tangannya yang jauh lebih kecil dari tangan Justin.
"Lepas!" bentak Adia tak lupa dia berusaha melepas genggaman itu.
Tanpa perlawanan Justin melepaskan genggamannya.
"Aku mohon, aku pengen pulang," pinta Adia dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Gue anter, ya?"
Adia menggeleng. "Aku enggak mau ketemu kamu, Justin. Aku takut kalau kamu harus tahu, tapi aku berusaha buat kuat biar kamu enggak ngerendahin aku kayak waktu itu."
Waktu itu.
Justin paham.
"Gue minta maaf, Ad, tapi asal lo tahu gue beneran sayang sama lo. Mungkin awalnya emang karena taruhan, tapi saat gue tahu betapa tulus dan baiknya lo perlahan hati gue luluh, Ad," ucap Justin, dia harus menjelaskan yang sebenarnya.
"Kamu bohong hiks.... Kalau kamu emang sayang sama aku, kenapa kamu mau lecehin aku, hah? Kenapa? Aku salah apa? Hiks...."
"Malam itu sebenarnya gue mau ngomong yang sebenarnya, tapi lo keburu tahu, Ad. Gue kalut, gue marah, gue enggak tahu harus apa, gue takut lo ninggalin gue."
"Enggak gitu caranya, Justin. Kamu malah bikin aku benci sama kamu. Aku mau pulang."
Justin menghela napasnya, dia harus mengalah saat ini kondisi mental Adia sedang tidak baik-baik saja.
"Gue pesenin taksi, ya."
"Terserah," jawab Adia seraya membuang muka ke samping. Kepalanya masih berdenyut, dia juga merasakan tubuhnya lemas, jadi menerima tawaran Justin itu tidak ada salahnya.
Justin segera memesan taksi di aplikasi yang ada di ponselnya, ah ralat dia harus mendownloadnya terlebih dahulu karena ini baru pertama kalinya dia memesan taksi online.
Setelah taksi itu tiba, Adia dipapah perawat menuju ke lobi karena Adia menolak dibantu oleh Justin dan Justin kembali mengalah.
Akan tetapi, Justin tidak mungkin membiarkan Adia pergi sendiri. Dia membuntuti taksi yang membawa Adia sampai di depan rumahnya.
Baru setelah itu Justin bisa bernapas lega. "Mungkin cuman ini yang bisa gue lakuin sekarang, Ad," ucapnya.
Sedangkan, Adia langsung turun dari taksi. Perempuan mungil itu lantas berlari menuju rumahnya. Dia marah pada papanya yang berbohong dan memercayai Evano yang jahat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adia [ Complete ]
Fiksi Remaja#GenerasiAgasaDKKTheSeries1 Ini tentang Adia Myesha Prakarsa, si gadis rapuh yang bersembunyi di balik kesempurnaan yang dimilikinya. Namun, nyatanya apa yang dilihat belum tentu itu yang sebenarnya. Adia memang cantik, dia juga pintar, keluarganya...