2) Perdebatan Keluarga dan Hadiah dari Langit

696 44 20
                                    

Sekecil apapun itu, jika itu dari kamu, aku suka. Tak peduli berapapun harganya, tak peduli seperti apa bentuknya, intinya jika itu dari kamu, aku suka.”

🍁🍁🍁

"JAM BERAPA INI, ADIA?!"

Suara tegas nan dingin itu menggema di seluruh ruang tamu kediaman Agasa dan Diana, orang tua Adia. Suara itu tak lain adalah milik Agasa yang tengah emosi karena anak perempuan satu-satunya pulang larut malam, jam sebelas malam sendirian. Catat, sendirian.

"ADIA, PAPA NANYA KAMU!" Kini giliran si sulung dari keluarga Prakarsa yang bersuara.

Adia menundukkan kepalanya, sungguh hatinya telah lelah, begitupun dengan raganya. Akan tetapi, kenapa kedua abang dan papanya malam menyudutkan dirinya.

"KALAU KAYAK GINI LEBIH BAIK KAMU TINGGALIN LANGIT!"

"Enggak!" bantah Adia seraya bangkit dari duduknya bahkan ini wajahnya tak lagi menunduk, tetapi mendongak dan menatap berani pada papa dan kedua abangnya, "Adia sayang Langit, Pa, Bang. Adia enggak mau kehilangan dia."

"Jangan bodoh karena cinta, Adia!" bentak si sulung, Evano namanya.

"Cinta sepihak itu bakalan nyakitin kamu, Ad," ujar Kenan, anak kedua dari Agasa dan Diana. Kenan memang sama seperti Agasa dan Evano, sensitif dan tegas perihal Adia, adik perempuan satu-satunya. Akan tetapi, Kenan masih bisa mengontrol emosinya.

"Langit cinta juga sama aku, Bang. Langit cinta sama aku," ujar Adia meyakinkan bahkan kini air matanya telah luruh seiring dengan emosi ketiga pria yang sangat menyayangi Adia semakin membuncah.

"Enggak usah nangisin cowok kayak dia!" bentak Agasa tak kuasa melihat anak perempuan satu-satunya menangisi pria yang peduli saja tidak pada anaknya.

Adia menggeleng. "Kalian jahat sama aku! Aku cuman mau bahagia sama Langit. Aku enggak mau kehilangan dia dan kalian enggak pernah paham aku! Kalian berlaga seolah-olah kalian terbaik buat aku dan terkhusus buat Bang Evan, Adia cuman mau ngingetin kalau dulu Abang enggak peduli sama aku sama Bang Kenan, Abang lebih sayang sama Cassy, kan? Abang harusnya ngaca!"

Setelah itu Adia lantas bergegas menuju kamarnya. Terlalu banyak luka yang dia terima di masa lalunya, terlalu banyak kecewa yang dia simpan sendiri sedari dulu. Sampai akhirnya sosok Langit hadir memberi warna di hidupnya, meksipun pada akhirnya Langit berubah setelah mereka resmi berpacaran.

***

"Abang mau kemana? Abang temenin aku main yuk!" Adia kecil menatap Evano yang kini telah berpakaian rapi.

"Kamu diem di rumah, aku mau keluar," jawab Evano seadanya bahkan nada bicaranya terbilang dingin dan ketus.

Adia kecil menunduk, dia takut sekaligus sedih karena Evano yang tak lain adalah kakaknya sendiri tidak pernah mau menemaninya bermain, tetapi jika pada Cassy, anak sahabat kedua orangtuanya Evano mau.

"Enggak usah cengeng, main sama bang Kenan."

Setelah mengucapkan itu Evano lantas bergegas pergi ke rumah Devon, ayah Cassy. Sedangkan Adia dia hanya bisa menatap nanar punggung sang Abang bahkan tanpa dia sadari air matanya telah berjauhan.

"Adia ada salah apa ya sama abang?" gumamnya lirih.

***

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang