30) Jangan Egois

249 27 12
                                    


“Ada masa dimana kamu perlu mengalah bukan karena kamu lemah melainkan kamu harus cukup sadar diri jika kamu tidak boleh egois.”

🍁🍁🍁

Dear Pria Baik.

Kalimat pertama saat Langit membuka sebuah surat dari Adia yang dititipkan pada bu Ani, penjaga perpustakaan yang sudah sangat mengenal Langit dan Adia.

Langit menarik salah satu kursi yang ada di perpustakaan sebelum akhirnya pria itu mendudukan diri di kursi itu.

Aku tahu pasti hari ini kamu ke perpustakaan buat cari buku latihan soal lagi, kan? Iya dong pasti. Aku enggak pernah larang kamu buat belajar pria baik, tapi kamu harus ingat kamu juga perlu istirahat.

Kalimat kedua itu begitu menohok Langit. Adia masih mengingat kebiasannya yang satu ini. Biasanya Adia selalu menemaninya dulu, tetapi sekarang jangankan menemani untuk berpapasan saja Langit tak sanggup rasanya.

Terimakasih untuk kejadian tadi pagi. Kamu manis sekali pria baik, bahkan rasanya aku enggak tahu harus apa. Pria baik sangat terlihat manis saat membersihkan tanah di betisku tadi pagi. Terimakasih ya. Pria baik juga manis sekali saat kemarin melindungiku dari lemparan telur. Ah, gomawo chagiyaa. Cari gih artinya. Aku tahu pria baik belum pandai dalam bahasa Korea, tapi kalau sudah belajar pasti aku juga kalah.

Chagiya? Artinya apa, ya?

Pria baik, aku tahu kamu sangat menyayangi aku, tapi aku juga cukup sadar jika kamu menghindar. Aku belum tahu apa alasannya, tapi aku janji akan mencari tahu itu.

Pria baik, aku tahu kita bukan lagi sepasang kekasih. Hubungan kita sudah kandas dan aku menyetujui itu. Maaf jika memang aku mengganggu kamu selama ini. Mulai detik ini akan ku biarkan kamu mengejar mimpimu dan aku akan mendukungmu dari kejauhan. Semangat pria baik, aku yakin kamu bisa.

Pesanku hanya satu, tetap jaga kesehatan ya, jangan lupa makan dan refresh otaknya. Tidak belajar sehari tidak membuat kamu bodoh, chagiya:)

Sekian dariku, semangat dan sampai jumpa.

With love,
Adia Myesha Pandawa eh Prakarsa belum resmi kan jadi Nyonya Pandawanya ehe....

"Gimana gue bisa lupain lo kalau semakin hari lo semakin lucu?" tanya Langit sembari menatap surat Adia.

"Andaikan takdir enggak sebecanda ini dalam mempermainkan kita, mungkin gue enggak akan pernah mau ngelepasin lo, Mye. Gue cinta banget sama lo, tapi cinta gue ke ayah lebih dari itu."

***

Adia melupakan tentang Justin yang mengirimkan pesan padanya karena dia yakin jika Evano akan menjemputnya.

Adia takut pada Justin karena bayang-bayang malam laknat itu selalu melintas saat namanya disebut, bahkan saat bertemu langsung rasanya suasana malam itu kembali terasa.

Adia takut dan Adia benci itu.

Namun, perlahan Adia harus bisa melupakannya terlebih sekarang Evano ada di pihaknya. Adia harus bisa berubah.

"Tadi lo bukan ke toilet, ya?"

Adia menatap Dara sembari mengangkat sebelah alisnya. "Maksudnya?"

"Alah pura-pura lagi. Itu lho waktu mapel geografi, lo kan izin ke toilet, tapi gue yakin bukan ke toilet, kan?"

Adia tersenyum ke arah Dara. "Kok mikir gitu sih?"

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang