49) Pertemuan Sebelum Perpisahan

311 22 8
                                    


“Pamitan sebelum perpisahan memang akan terasa menyesakkan, tetapi yakinlah itu lebih baik daripada kita berpisah tanpa kata pamit yang malah akan membuat kita berada di situasi yang tak bisa dijelaskan.”

🍁🍁🍁

"Cuman Adia yang bahagia pas tahu gagal SNMPTN."

"Cuman Adia yang enggak nangis pas tahu gagal SNMPTN."

"Cuman Adia yang ketawa-ketawa pas tahu gagal SNMPTN."

Adia hanya terkekeh geli menanggapi sindiran ketiga sahabatnya, ya karena itu semua memang benar. Katakan saja Adia apa, tetapi memang begitu adanya.

Sejujurnya, Adia menerima SNMPTN itu hanya untuk menerimanya saja, meskipun jujur dia pun merasa cemas karena takut mengecewakan orang tuanya, namun nyatanya saat Adia gagal semua keluarganya kecuali sang papa bahagia karena mereka tahu impian Adia bukan di sana, melainkan di Paris.

Kendala izin dari Agasa membuat Adia mengurungkan impiannya. Namun, pada akhirnya Adia akan mengikuti program beasiswa sekolah fashion designer di Paris tahun depan. Ya, Adia akan menunda kuliahnya satu tahun karena berbagai alasannya, yang paling utama karena dirinya belum menyiapkan dokumen apapun, selain itu umurnya yang masih 17 tahun lebih empat bulan membuatnya tidak bisa langsung memulai sekolah fashionnya karena salah satu syaratnya harus minimal berumur 18 tahun.

Sedangkan Dara, Jessica, dan Nabila sudah lulus SNMPTN di kampus impian mereka. Dara di UGM dengan jurusan hukum, Jessica di UNPAD dengan jurusan manajemen, dan Nabila di Trisakti dengan jurusan akuntasi. Bicara soal Darel, pria itu lulus SNMPTN di UNPAD mengambil jurusan arsitektur, sedangkan Fajar yang awalnya gagal SNMPTN, namun akhirnya lolos SBMPTN ITB jurusan teknik informatika.

"Eh, tapi gue denger katanya Langit lulus ujian masuk studienkolleg," ujar Jessica memecah keheningan diantara keempatnya.

Langit, ya pria itu memang jadi akan melanjutkan kuliah di Jerman dan tes masuk studienkolleg adalah salah satu tahapannya.

Adia lantas menatap Jessica. "Serius? Kata siapa?"

"Darel, dia ngomong ke gue. Emang lo udah enggak kontekan lagi sama si Langit?"

Adia menggeleng.

Sejak hari terakhir ujian praktek sampai sekarang h-1 acara perpisahan, Adia dan Langit tidak pernah lagi tegur sapa ataupun saling mengabari lewat apapun. Mereka menepati janjinya mereka masing-maisng, mereka sama-sama menjauh dan berusaha sebisa mungkin menghindar ketika mereka tak sengaja berpapasan.

"Lo udah beneran fix pisah sama dia?" Kini Dara yang bertanya sembari menatap Adia, bukan hanya Dara kini Jessica dan Nabila pun fokus menatap Adia, menunggu jawaban dari gadis itu.

"Sebelum aku sama Justin, kita kan emang udah pisah," jawab Adia seadanya.

"Iya sih, tapi kan waktu itu kalian deket lagi. Jadi, gimana nih?" tanya Nabila. Nabila ingat kala Adia menceritakan Langit yang datang ke rumahnya dan Langit yang mengirimkan paket padanya.

"Udah beneran pisah, udah hampir empat bulan lebih kita enggak tegur sapa. Ini semua kemauan aku, lagian ini yang terbaik, ‘kan? Aku cuman enggak mau jadi beban dia nanti kalau kita sampai balikan lagi," jawab Adia mantap dan jujur.

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang