3) Dibawa Terbang, Sebelum Akhirnya Dihempas

522 43 7
                                    


“Saling memberi perhatian, belum tentu jadian. Begitupun dengan pacaran, belum tentu diprioritaskan.”

🍁🍁🍁

"Lo enggak mau denger alasan gue enggak datang semalam?"

Antara iya dan tidak. Begitulah jawabannya.

Jika iya, Adia belum siap untuk menerima pahitnya kenyataan. Sedangkan, jika tidak, Adia akan dihantui rasa penasaran.

"Enggak sekarang," ujar Langit mengerti keadaan Adia, "gue tahu gue emang brengsek, maaf ya?" lanjut Langit seraya merangkul Adia, mendekatkan tubuh keduanya.

Adia sedikit mendongak untuk menatap kekasihnya itu. "Enggak ada alasan buat aku enggak maafin kamu, Lang. Aku sayang sama kamu. Makasih untuk satu tahunnya. Aku enggak tahu gimana jadinya aku kalau dulu aku enggak ketemu kamu."

Langit mengangguk seraya tersenyum tipis. "Lo emang baik, gue sadar gue enggak pantes buat lo, tapi untuk kali ini biarin gue jadi egois ya?"

"Egois?"

Langit mengangguk. "Egois karena nahan orang sebaik lo buat bertahan sama cowok brengsek kayak gue."

Adia menggeleng tak setuju. "Kamu enggak brengsek. Kamu baik, aku tahu itu."

Adia mencintai Langit karena ketulusannya dan karena sikap Langit yang menghargainya sebagai wanita.

Ingatan Adia lantas berkelana pada kejadian dua tahun lalu, tepat saat pertama kalinya Adia berinteraksi langsung dengan Langit.

Flashback on

"Haha bagus ya lo bisa bertahan sama si Adia. Cewek baik-baik kayak dia kan gak asyik. Enggak bisa dimainin."

"Demi uang, kalaupun enggak ada uang. Males gue."

"Gue tahu, taruhan ini emang menguntungkan dan gue gak sangka lo bertahan hampir tiga bulan ini."

"Sama gue juga enggak sangka bisa bertahan sama cewek kayak si Adia. Diajak ciuman aja, dia nolak. Terlalu polos buat gue."

"Kalau bodynya?"

"Bagus sih, tapi sayang kurang dikit."

Bug.

"A-adia," ujar salah satu diantara kedua pemilik suara tadi, salah satu itu yang tak lain adalah kekasih Adia, Justin namanya.

"Kenapa? Kaget?" Adia menatap nanar Justin. Sosok yang Adia kira adalah sosok pria baik-baik dan sosok yang tulus mencintainya. Akan tetapi, Adia salah. Justin tidak sebaik yang dia kira.

"A-aku bisa jelasin, sumpah, Ad."

"Enggak perlu!" tolak Adia, "kita emang seharusnya putus. Kamu jahat dan aku sadar itu sekarang. Makasih buat tiga bulannya!"

Baru saja Adia ingin pergi, tetapi Justin berhasil menahannya.

"Lo enggak bakalan gue biarin pergi gitu aja."

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang