Selamat membaca
♡♡♡Aera berjalan mendahului Jungkook yang sedari tadi sengaja melambatkan jalannya. Entah karena pemuda itu sedang menikmati hawa dingin yang menerpa tubuh yang berbalut jaket tebal itu atau karena kekenyangan setelah menghabiskan 2 porsi nasi goreng. Aera sempat menolak saat Jungkook membawanya pergi ke sebuah tenda penjual nasi goreng yang berada di pinggir jalan. Alasannya, dirumah bibi Choi sudah sering memasak nasi goreng, ia hanya bosan dengan menu tersebut. Namun Jungkook tidak memerdulikan Aera— dia bilang yang dekat dari tempat gym-nya hanya penjual nasi goreng ini.
Dari belakang Jungkook melihat Aera yang berjalan tergesa sambil menggosok-gosok lengannya. Gadis itu kedinginan, Jungkook tau itu. Sehingga ia mempercepat langkahnya dan meraih tangan Aera yang sibuk menggosok lengannya sendiri. Gadis itu menoleh dengan kedua alis tertaut saat Jungkook menggenggam jemarinya dan memasukannya ke dalam saku jaketnya. Menggenggamnya erat didalam sana sambil sesekali jempol Jungkook mengelus punggung tangan Aera.
"Kenapa?" Tanya Jungkook sambil menatap Aera santai sedangkan gadis itu buru-buru memalingkan muka.
"Nggak papa."
Risih? Tidak juga. Bahkan berkat genggaman Jungkook, telapak tangannya yang terasa menggigil kini sudah lumayan hangat.
Mereka berjalan beriringan dan Aera memelankan langkahnya membarengi Jungkook.
"Jungkook!" Pemuda itu menoleh dengan alis yang menukik dan tatapan mata tajam.
"Masih berani manggil gue gitu ya." Desis Jungkook membuat Aera menoleh sambil tersenyum remeh.
"Dulu nggak mau dipanggil abang..." Goda Aera padahal ia tahu makna tersirat dari ucapan Jungkook.
Pemuda itu ingin dipanggil kakak?
Jungkook mendengus dan sengaja mengeratkan genggamannya pada tangan Aera, membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Aduh aduh! sakit bego! Iya iya gue percaya kalo lo abis nge-gym, tapi ya gak usah lo praktekin ke tangan gue juga dong ih.. bisa remuk jari mungil gue!" Jungkook tergelak lalu mengeluarkan tangan Aera dari sakut jaketnya namun masih tetap tidak melepaskannya.
"Mungil? Kek gini mungil? Bantet iya." Ledek Jungkook.
Aera jengkel, mencoba menarik tangannya dari genggaman Jungkook, namun gagal. Pemuda itu kembali menyelipkan tangannya sendiri beserta tangan Aera ke dalam saku jaketnya lagi.
"Ih lepasin nggak! Males gue sama lo." Aera masih belum menyerah— masih terus menarik-narik tangannya hingga mengundang tatapan tajam dari Jungkook.
Aera menghela napas pasrah, tidak lagi berusaha menarik tangannya dan membiarkan Jungkook melakukan sesukanya. Percuma saja melawan pemuda itu, karena pada akhirnya ia sendiri yang harus mengalah dan menyerah walaupun sudah kepalang emosi. Dari pada batinnya tertekan malam-malam, padahal sudah, Aera memilih diam dan menurut bahkan saat Jungkook justru membawa langkah kakinya ke sebuah taman yang berada tak jauh dari posisi mobilnya.
Pemuda itu menjatuhkan tubuhnya diatas rerumputan dan memejamkan matanya seolah menikmati suasana malam yang dingin. Tidak banyak orang yang berada di sekitar mereka, sekitar 3 orang dan sepertinya hanya lewat.
Aera ikut mendudukan dirinya disamping Jungkook. Jemarinya bergerak mencabuti rumput disekelilingnya sambil menunggui Jungkook. Sesekali Aera menatap pemuda itu sejenak dan menyadari wajah lelahnya. Terlihat lelah dan lega secara bersamaan. Sepertinya Jungkook sedang mendapat masalah.
"Lo lagi ada masalah ya?" Tanya Aera pelan dan Jungkook menyahutinya dengan berdehem.
"Jangan terlalu dibawa serius apalagi sampe dijadiin beban, anggep aja kayak lo dapet dare. Selesaiin pelan-pelan nggak papa, pasti juga bakalan beres kok, semua masalah kan punya jalan keluar masing-masing."
Jungkook membuka matanya dan menoleh pada Aera yang duduk dengan kedua kaki terlipat didepan dada. Gadis itu sedang menunduk, memerhatikan jemarinya yang sibuk mencabuti rumput tanpa tau kalau seseorang sedang memperhatikan dirinya dengan seksama.
Kamu kalau ada masalah jangan dijadiin beban, anggep aja tantangan. Hidup nggak ada yang mulus Jungkook.
Kalimat itu tiba-tiba terlintas diingatan Jungkook setelah mendengar ucapan Aera tadi. Kedua kalinya Aera mengingatkan dirinya pada sosok itu. Sosok yang sedang ia rindukan saat ini.
Jungkook membuang muka. Menghela napas kasar hingga menarik perhatian Aera.
"Gue lagi kangen seseorang." Ucap pemuda itu.
Aera terdiam memperhatikan bagaimana raut muka Jungkook yang kini terlihat lempeng tak bertenaga.
"Siapa?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Aera.
Jungkook terdiam cukup lama sebelum menjawab.
"Nyokap gue." Pemuda itu menghela napas sambil menundukan kepalanya.
Ya, selama ini Aera mengingatkannya pada ibunya yang telah lama tiada. Ada alasan sendiri mengapa Jungkook tidak pernah mau dekat-dekat dengan perempuan sejak beberapa tahun yang lalu, hal itu dapat mengingatkan dirinya tentang sosok wanita tersayangnya itu.
Jungkook selalu berusaha menjauh saat ada perempuan yang mendekatinya, dan itu juga yang membuatnya jarang pulang karena ada bibi Choi di rumahnya. Namun tiba-tiba, ia justru dihadapkan pada sosok Aera yang dititipkan oleh papa dan mama tirinya kepada dirinya. Mau tidak mau, Jungkook terpaksa mengambil langkah mendekat untuk mengawasi gadis itu. Dan benar saja, ingatan tentang sosok wanita yang cantik, manis, lemah lembut dan juga penyayang itu kembali mendatanginya. Jungkook rindu, ia sangat merindukan mamanya. Ia rindu melihat senyum mamanya di pagi hari saat menyiapkan sarapan, juga saat malam hari ketika mengucapkan kalimat pengantar tidur untuk Jungkook.
Namun, lagi, ia ditampar oleh kenyataan bahwa sosok paling berharga didunianya itu sudah berada jauh dari dirinya. Jauh dari jangkauannya. Berada ditempat yang mungkin lebih indah dari pada dunia yang sedang ia singgahi saat ini.
Tanpa sadar, bulir bening jatuh dari pelupuk matanya dan langsung mendarat diantara rerumputan. Ia tidak bisa menahan rindunya lagi. Jungkook rindu bagaimana rasanya pelukan hangat seorang ibu. Ia rindu bagaimana wanita itu menepuk-nepuk kepalanya pelan dan mengusap kepalanya lembut.
Sepertinya Jungkook memang sudah kepalang rindu hingga berhalusinasi merasakan pelukan hangat ibunya, usapan lembut dilengannya, yang hampir membuat pemuda itu terisak.
Tunggu! Sepertinya ini bukan halusinasi.
Jungkook mendongak, menatap gadis yang tengah merengkuh tubuhnya dari samping. Dengan bantuan cahaya dari lampu jalan dan beberapa lampu taman, Aera dapat melihat jelas kedua mata Jungkook yang memerah.
"Nggak usah ge'er ya, gue kedinginan. Makanya meluk lo." Ucap Aera yang membuang muka namun masih terus memberikan usapan dan tepukan kecil di lengan Jungkook yang terasa menenangkan. Jungkook suka. Pemuda itu tampak tersenyum simpul.
"Thanks, gak salah gue suka sama lo. Jadi pacar gue ya."
Aera termangu mendengar ucapan Jungkook yang belum pernah ia dengar sebelumnya— ucapan terimakasih yang bahkan sekalipun tidak pernah Jungkook ucapkan. Namun, beberapa detik kemudian ia melotot dan mencubit lengan Jungkook cukup keras.
"Aw, apasih?"
Tubuh Jungkook terhuyung lantaran Aera mendorong tubuhnya.
"Lo tuh ya, emang kalo dasarnya nyebelin ya pas galau juga tetep nyebelin ih. Dosa apa gue bisa punya SODARA macem lo." Cibir Aera yang sudah berdiri sambil menepuk-nepuk debu di pantatnya.
Gadis itu lantas berjalan cepat dengan menghentak-hentakan kakinya kesal, meninggalkan Jungkook yang tengah terkekeh. Tanpa menunggu lama, pemuda itu ikut menyusul Aera yang berjalan ke mobil.
Pemuda itu tersenyum seiring langkahnya mengikuti Aera. Perasaan hampa yang sebelumnya ia rasakan, serasa mulai lenyap dengan sendirinya.
Sepertinya Jungkook mulai memahami satu hal,
Keberadaan Aera perlahan merubah hidupnya.
---●●---
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Brother - jjk
FanfictionAwalnya, Aera pikir tidak masalah memiliki saudara tiri seperti Jungkook. Namun, setelah bertemu dan tinggal berdua dengan Jungkook membuat Aera menarik perkataannya. Dia, pemuda yang selalu menatapnya sengit. Jeon Jungkook. Sosok sempurna yang memb...