Beberapa hari telah berlalu. Jungkook merasa Aera sedang menghindarinya. Bagaimana tidak, saat keduanya akan bertemu atau saling berpapasan, Aera langsung berbalik arah. Sebisa mungkin langsung menjauh dan bersembunyi dari Jungkook. Saat pemuda itu pulang ke rumah pun tidak mendapati batang hidung Aera. Ternyata gadis itu selalu mengunci diri di dalam kamar saat Jungkook pulang.
Seperti saat ini, Aera tengah berdiri dibalik pintu kamarnya dengan telinga yang menempel di permukaan pintu. Mencoba menajamkan pendengarannya untuk memastikan bahwa suara langkah kaki Jungkook sudah tidak terdengar— pemuda itu sudah masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Tadinya Aera hendak turun ke lantai bawah karena merasa lapar, sedari siang hingga sore ia belum makan. Namun, Aera mengurungkan niat kala melihat Jungkook yang berjalan santai menaiki tangga sembari menunduk menatap ponsel digenggamannya. Aera langsung masuk ke dalam kamarnya lagi dan menutup pintu rapat-rapat.
Sungguh, Aera sendiri bingung dengan apa yang sebenarnya sedang ia lakukan. Beberapa hari ini, lebih tepatnya saat dirinya sudah menyadari perasaannya, Aera tidak mau bertemu Jungkook. Aera terus menghindar.
Krukk krukk
Bunyi perutnya membuat Aera meringis. Ia membuka sedikit pintunya dan mengintip. Tidak ada siapa-siapa. Dengan perlahan, Aera membuka pintu lebar, melangkah keluar sembari menengok ke arah kamar Jungkook yang pintunya tertutup. Sepertinya pemuda itu sudah berada didalam kamarnya.
Aera menutup kembali pintu kamarnya dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Baru saja ia hendak membalikan badan setelah menutup pintu kamarnya, sebelum sebuah suara berasal dari belakangnya lebih dulu mengagetkan Aera. Membuat gadis itu sontak berbalik dengan kedua mata membola.
"Lo ngehindarin gue?" Tanya Jungkook langsung pada intinya membuat Aera yang masih setengah terkejut gelagapan.
Aera memalingkan pandangannya, menghindari tatapan penuh selidik yang Jungkook lemparkan padanya.
"Si-siapa yang ng-ngehindarin lo." Jawab Aera tergagap. Jungkook menyipitkan matanya, merasa kurang puas dengan jawaban Aera.
"Lo lah yang udah ngehindarin gue hampir lima hari."
Aera sempat balik menatap Jungkook, namun baru beberapa detik ia segera berpaling lagi.
"Eng-enggak tuh. Perasaan lo aja kali." Sangkal Aera seraya berusaha menormalkan degup jantungnya kala Jungkook melangkah mendekat.
Aera melangkah mundur saat dirasa posisi Jungkook sudah terlalu dekat dengannya. Namun pemuda itu bukannya berhenti justru terus melangkahkan kakinya ke depan. Sampai saat punggung Aera menyentuh permukaan pintu kamarnya, gadis itu mengumpat dalam hati.
"Kenapa?" Tanya Jungkook lirih pada Aera dalam jarak yang dekat. Sangat dekat malah, sampai Aera takut Jungkook bisa mendengar degup jantungnya yang sedari tadi tidak stabil.
Aera mendongak, menatap Jungkook takut-takut.
"Apanya?" Gadis itu balik bertanya.
Jungkook mendekatkan wajahnya. Refleks Aera merapatkan kepalanya ke permukaan pintu dibelakangnya sembari menahan napas.
"Kenapa ngehindarin gue?" Suara Jungkook lebih terdengar seperti sedang berbisik.
Pemuda itu menatap Aera penuh atensi. Kedua matanya bahkan tidak berkedip memerhatikan paras gadis yang bibirnya terbuka hendak mengucapkan sesuatu namun urung dan kembali mengatup.
"Kenapa hm?" Desak Jungkook yang belum juga mendapat jawaban.
"Gue nggak ngehindarin lo kok." Jawab Aera pada akhirnya membuat Jungkook menaikan sebelah alisnya. Ternyata Aera masih bersikukuh dengan jawaban awalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Brother - jjk
FanficAwalnya, Aera pikir tidak masalah memiliki saudara tiri seperti Jungkook. Namun, setelah bertemu dan tinggal berdua dengan Jungkook membuat Aera menarik perkataannya. Dia, pemuda yang selalu menatapnya sengit. Jeon Jungkook. Sosok sempurna yang memb...