Aera masih bingung dengan arti cinta yang sebenarnya. Ada yang bilang bahwa mencintai itu adalah fase terindah dalam hidup, setiap detik yang berlalu akan menjadi sangat bermakna bagi mereka yang sedang dimabuk cinta. Rasa dimana seseorang akan dibuat terlena, dan berusaha untuk saling memiliki satu sama lain. Tidak ingin melepasnya barang sedetikpun.
Namun, ada juga yang bilang bahwa cinta itu tidak lebih seperti sebuah komedi. Lucu. Sesuatu tak berwujud yang mampu menciptakan suatu kisah konyol. Yang sulit dimengerti dari mana datangnya, dan akan kemana jatuhnya.
Ah, satu lagi.
Bagi beberapa orang, cinta itu petaka. Cinta hanyalah sebuah duka, sakit, yang dikemas dalam romansa yang rapi. Tak melulu mulus. Tak melulu menyatukan dua insan yang saling mendamba, namun juga bisa menjadi alasan adanya sebuah perpisahan.
Aera yang sedang melamun di dibalik jendela kamarnya tertawa pelan.
Tapi bagaimana dengan pengorbanan cinta yang sering dibicarakan orang-orang? Dimana saat seseorang sudah siap mencintai, maka ia juga harus siap untuk mengorbankan.
Aera menggeleng samar.
Menurutnya, pengorbanan hanya untuk kisah cinta yang sedih.
Tidak semua kisah cinta seperti itu bukan?
Lama melamun hingga terdengar bunyi pintu kamarnya yang terbuka membuat Aera menoleh. Kebiasaan gadis itu tidak mengunci kamar hingga siapapun mudah memasuki kamarnya, termasuk Jungkook yang sudah tampak tampil keren dengan setelan hitamnya. Topi bucket hitam, sweater hitam juga celana jeans senada yang bolong dibagian lutut.
"Gue mau balapan. Wanna join?"
Tawaran Jungkook yang masih diam diambang pintu itu membuat Aera perlahan menyunggingkan senyum.
"Kencan di arena?" Goda Aera membuat Jungkook menaikan sebelah alisnya sebelum ikut tersenyum. Sangat manis hingga gigi kelincinya menyembul.
"Boleh kalo lo nganggepnya gitu?"
Aera menggigit bibirnya. Ia sudah memutuskan sesuatu.
Tak perlu lagi berlari, tak perlu lagi menghindar. Ia hanya perlu disini. Didekat pemuda yang tengah menatapnya dengan kedua mata bulatnya di ambang pintu. Hatinya bahkan dengan senang hati telah mempersilahkan Jungkook masuk dan mengunci pintu hatinya itu dari dalam. Menguasainya seorang diri.
Aera tidak perlu lari lagi dari perasaannya sendiri.
Dengan langkah pasti ia menghampiri Jungkook yang masih tersenyum. Pemuda itu memandang Aera lekat hingga membuat si empunya salah tingkah.
"Jangan liatin gue kayak gitu dong..."
Jungkook terkekeh pelan.
"Ini lo beneran udah nerima kenyataan kan Ra?" Aera mendelik. Menatap Jungkook dengan kedua alis yang berkerut.
"Maksudnya mulai sekarang kita udah bisa pacaran?"
Aera menghela napas lalu tersenyum malas.
"Lo tetep jadi kakak gue aja. Gue nggak mau lo tambah possessive. Gue masih mau ngecengin cogan teknik."
Aera melangkah melewati Jungkook. Meninggalkan pemuda yang tengah tersenyum miring dibelakangnya.
"Gue kan juga anak teknik Ra."
"Nggak mau. Kurang ganteng." Aera mengibaskan tangannya tanpa berbalik.
"Sialan."
"Ayo katanya mau ngajakin ke arena?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Brother - jjk
Fiksi PenggemarAwalnya, Aera pikir tidak masalah memiliki saudara tiri seperti Jungkook. Namun, setelah bertemu dan tinggal berdua dengan Jungkook membuat Aera menarik perkataannya. Dia, pemuda yang selalu menatapnya sengit. Jeon Jungkook. Sosok sempurna yang memb...