38. Unconscious

4.8K 679 88
                                    

Double up? Vote dulu kuy

Lega rasanya. Project pertama di semester awal akhirnya mampu diselesaikan Aera dalam tepat waktu. Tidak sia-sia dirinya begadang beberapa hari terakhir dalam mengerjakan project ini. Hasil memuaskan juga Aera dapatkan saat dosennya memberikan pujian terhadap hasil kerjanya.

"Keren lo Ra, sampe dipuji pak Nam tadi." Puji Lia yang dibalas senyuman oleh Aera.

Gadis itu mulai menggulung kertas projectnya. Berjalan beriringan dengan Lia yang juga selesai mengemas peralatannya. Lia sempat mengeryit kala mendapati sesuatu pada Aera.

"Ra, kok muka lo pucet? Lo sakit ya?" Tanya Lia khawatir.

Aera menggeleng pelan.

"Nggak kok. Mungkin efek capek aja semalem begadang."

"Ih kebiasaan deh. Pasti gara-gara ngerjain project kan." Aera mengangguk sebagai tanggapan lalu Lia mendengus dan menggandeng lengannya.

"Yaudah sambil nunggu kelas lagi, kita makan dulu aja di kantin."

Namun, belum sampai dipintu keluar kelas. Aera merasakan sensasi panas seperti terbakar di ulu hatinya, pening yang tiba-tiba menjalar dikepalanya, disertai rasa menusuk di lambungnya hingga membuat tubuhnya melemas.

Bruk!

"Aera?!"

Tidak hanya Lia yang panik saat tubuh Aera tiba-tiba ambruk, tapi teman-temannya yang lain yang masih berada didalam kelas juga ikut panik. Mereka membantu memapah Aera, membawa gadis yang wajahnya sudah pucat dan berkeringat dingin itu ke klinik kampus.

Sesampainya di klinik yang jaraknya untung tidak terlalu jauh dari kelasnya, Aera langsung duduk di salah satu tempat tidur sembari memegangi perutnya. Penjaga klinik langsung memeriksa keadaan Aera, lalu menggeleng-geleng setelahnya.

"Kebiasaan. Kalian itu walaupun banyak tugas, jangan sampai lupa makan. Harus bisa mengatur waktu, kapan waktunya istirahat, kapan waktunya ngerjain tugas. Kalau sudah begini, kasian tubuh kalian. Lain kali sesuaikan dengan capability kalian." Ucap petugas itu sembari mengangsurkan obat pada Aera yang tengah menunduk.

"Minum obat dulu, nanti jarak beberapa menit baru makan."

"Baik pak."

Petugas itu berlalu, berganti memeriksa seorang mahasiswi yang juga baru saja masuk ke klinik kesehatan kampus setelah Aera tadi.

"Kan, tau rasa lo diomelin." Celetuk Lia membuat Aera hanya dapat menghela napas.

Brak!

Seluruh penghuni klinik refleks menoleh ke arah pintu saat seseorang membukanya dengan kasar. Begitu pula dengan Aera dan Lia yang terkejut karena posisi mereka dekat dengan pintu masuk.

Disana, diambang pintu klinik, berdiri sosok Jungkook yang tengah terengah sembari mengedarkan pandangan sebelum menangkap sosok Aera yang setengah berbaring menatapnya kebingungan. Dengan tergesa, Jungkook menghampiri Aera. Menggenggam jemari Aera dengan tangan kirinya, sedang yang kanan memeriksa dahi Aera. Jungkook terlihat begitu panik.

"Masih sakit? Perlu ke rumah sakit gak?" Tanya Jungkook sembari menelisik wajah Aera yang masih terlihat pucat.

Gadis itu mengerjap sejenak kemudian menggeleng pelan.

"Gue udah gak papa kak, cuma gerd kambuh doang." Jawab Aera yang sepertinya belum membuat Jungkook puas. Pemuda itu menoleh kesamping.

"Lo temen Aera kan? Bisa ijinin dia gak ikut kelas nanti?"

My Crazy Brother - jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang