BAGIAN 11

120 29 53
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.

Enjoy.

***

What is yours will forever be yours. What is not yours no matter how hard you hold on to it, it will be lost.

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

***

Aqila dan Krystal sibuk mengemasi koper mereka, sesekali bertukar cerita mengenai keseruan sekaligus kedongkolan selama tiga hari terakhir. Malam hari waktu Bangladesh, keduanya memutuskan keluar dari kamar, menemui Emirc yang baru datang.

"Tes ... tes ... aaa ...." Aqsa cekikikan memegangi microphone yang tengah Radeva uji coba. Sementara Sangga dan Bharat sibuk mengotak atik kompor listrik, terlihat Krystal menyusul ke dapur sebelum keduanya berhasil meledakan dapur.

"Kaleel ke mana?" Aqsa dan Radeva sama-sama menggeleng. Aqila duduk di sebelah Radeva.

"Sebelah aku juga kosong, Beb." Aqila tidak menggubris, jemarinya memencet asal tombol remote di genggamannya.

Radeva yang merasa canggung memilih bangkit namun segera dicegah Aqila. Gadis itu jelas masih kesal pada Aqsa. Sejak seminar di sekolah sampai pertempuran bintang sekolah berlangsung, pria itu seakan-akan menyepelekan tugasnya sebagai promotor, bahkan saat dimintai tolong untuk mengambil berkas yang tertinggal di kamar hotel Aqila, Aqsa masih sempat-sempatnya tidur dan hampir terlambat datang ke acara puncak.

Ting ... tong

"Biar aku aja," lirih Aqila, Aqsa mengekor.

"Surprise!" teriak kaleel, ia menyodorkan money bouquet dengan mata uang taka pada Aqila. "Selamat karena telah berhasil mempertahankan Nawasena sebagai sekolah terfavorit di Asia." Aqila mengembangkan simpul sabitnya, seperti biasa Aqsa hendak mengambil alih money bouquet pemberian Kaleel.

"Punya aku," sinis Aqila.

"Berapa taka?" Aqsa duduk di samping Kaleel, matanya masih terpaku menatap bouquet yang Aqila perlihatkan pada Radeva.

"Dua puluh ribu."

Aqsa manggut-manggut, ia berlalu ke dapur. "Sangga, dua puluh ribu taka berarti berapa rupiah?"

"Tiga juta lebih," ujar Sangga sembari mengangkat telur goreng spesialnya-ralat-telur goreng gosongnya. Di sebelahnya Krystal dan Bharat sama-sama mengembuskan napas kasar, sudah enam kali mereka mencoba peruntungan dan masih gagal juga. Menyebalkan.

"Lagian ngapain sok-sokan masak, ngebedain spatula sama sendok sayur aja belum bener," kekeh Aqila, yang lain sedikit tersentak dengan kedatangan gadis itu.

"Sendok sayur?" Sangga menaikan satu alisnya, memandangi benda dengan gagang panjang dan ujung yang bulat cembung itu.

Tak jauh berbeda dari Sangga yang lainnya terlihat ikut bingung. Bingung karena tidak bisa membedakan spatula dan sendok sayur. Yang lebih membingungkan adalah dari mana Aqila tau soal spatula, biasanya pengetahuan Aqila tentang dapur jauh lebih buruk dari yang lain.

"Dari mana kamu tau kal ...." Belum rampung Aqsa bertanya, Aqila sudah lebih dulu menyodorkan katalog yang menampilkan bermacam-macam nama dan kegunaan perkakas dapur.

Ting ... tong

Bel kamar hotel Aqila dan Krystal kembali berbunyi. Kali ini giliran Kaleel yang membukakan pintu, matanya membulat sempurna, ia sampai mengerjapkan mata beberapa kali, memastikan yang ia lihat bukanlah halusinasi.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang