BAGIAN 35

34 5 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.

Enjoy.

***

Everyone has their own wounds. But not everyone wants to show it, often the wound is forcibly hidden to make it look perfect

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

***

Pukul satu dini hari, Aqila belum juga menikmati yang namanya tidur, ia hanya istirahat sebentar sekaligus mandi di apartemen Viral kemudian kembali lagi ke Nawasena.

"Kalian boleh balik, langsung istirahat nggak pake acara mampir." Aqila memperingatkan siswa kelas sebelas elite bintang sekolah satu, mereka baru saja menyelesaikan latihan ballroom dance tanpa Aqsa, Bharat, dan Kaleel.

Aqila duduk di kasur lantai yang entah sejak kapan menghuni dance room. "Level Up bangun, ini udah jam satu pagi, latihan sampai jam dua, abis itu balik."

Level Up kompak merenggangkan badan, bergantian pergi ke toilet.

Virgo membuka pintu dance room. "Qila, panitia balik dulu." Aqila mengangguk, ia kembali fokus dengan i-Padnya, mengulas kembali materi ujian hari ini.

Satu jam waktu berlalu begitu cepat, Level Up sampai meminta waktu tambahan tiga puluh menit pada Aqila.

"Kalo setelah gerakan ini diubah lagi gimana?" James menggerakan tubuhnya. "Kaya gini."

"Oke, gue setuju." Aqila memutar kursi putarnya menghadap dinding, ia mencoba memejamkan matanya. "Coba pake musik lagi, James," lirihnya sebelum benar-benar terlelap.

Aqsa berlari ke ruang dance room, sebelumnya ia telah mendapat panggilan hingga puluhan kali dari Aqila. "Sorry, gue  ada urusan mendesak tadi." Level Up kompak mengangguk, sorot mata mereka mengarah ke kursi putar yang Aqila duduki.

"Beb." Yang dipanggil mulai membuka matanya. "Maaf."

Aqila melirik jam di pergelangan tanganya. "Kalian bisa lanjut nanti malem, udah setengah tiga." Level Up mengemasi barang-barang mereka.

"Balik dulu Qila, Aqsa."

"Balik dulu, Kak."

"Hati-hati di jalan," seru Aqila dengan suara seraknya, ia mengunci dance room dan berlalu meninggalkan Aqsa yang tengah menyandarkan punggungnya di mading.

"Tunggu, Beb."

Nawasena sepi tanpa penghuni, hanya tinggal tiga orang satpam yang sedang berjaga malam. "Pulang duluan, Pak," ujar Aqila ramah.

"Mau saya antar ke tempat parkir?

"Tidak perlu Pak, terima kasih," ucap Aqsa, ia merangkul Aqila, gadis itu dengan cepat menangkisnya.

"Palung harus operasi karena ligamen di lututnya robek." Hanya itu kalimat yang Aqila ucapkan sebelum duduk di bangku kemudi mobil Aqsa.

Aqsa menggedor kaca mobilnya. "Nggak mau aku anter aja?"

"Nggak perlu."

"Tapi, Beb."

"Beb, aku masih marah sama kamu, kamu dari tadi ke mana? Harusnya kamu nganterin Palung terus balik bukan malah pergi."

"Aku tahu aku salah, aku minta maaf, sekarang izinin aku nganterin kamu."

"Nggak, lagian aku balik ke apartemen Viral kok."

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang