BAGIAN 37

21 7 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.

Enjoy.

***

Berhati-hatilah dalam bertindak. Kamu hanya belum tahu saja jika semesta murka, seperti apa karmanya bekerja.

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***

Panggung untuk perhelatan puncak Nawasena Extraodrinary Festival sudah gagah berdiri sempurna dua hari sebelum acara dimulai. Ujian akhir semester hari ini berkahir, senyum-senyum kebebasan terpancar dari sabit yang dilekukan siswa Nawasena.

Asha menunggu Meteor di depan kelas dua belas elit regular dua, lelaki itu menjadi siswa terakhir yang saat ini belum keluar dari ruang ujian. Hari ini mereka akan melaksanakan gladi kotor yang pertama sebelum gladi bersih keesokan harinya dilaksanakan.

Sepuluh menit berlalu, lelaki berkulit eksotis tersebut keluar sembari menutup resleting tasnya. "Nggak lama, 'kan?" tanya Meteor dengan wajah datar-datar saja.

"Enggak sih, tapi cukup juga buat bolak balik ibadah haji." Perkataan Asha membuat Meteor hendak memukul kepala gadis itu, sindirannya cukup menyebalkan.

"Langsung ke audit aja yuk," ajak Meteor sembari memulai berjalan.

Asha berjalan beriringan dengen Meteor. "Kenapa gue harus nungguin Kakak, sih?"

"Gue tau pasti lo udah ditinggal sama yang lain, makanya lo nyuruh gue nunggu." Tebak Asha yang langsung dihadiahi cengiran oleh Meteor.

Auditorium Center Hall Nawasena ramai dengan panitia yang ilalang ke sana-ke mari, terlihat handy talkie dan handsfree menjadi barang wajib yang tidak boleh ditinggalkan.

Asha sempat melambaikan tangannya saat melewati stan bazar sebelas elite berprestasi. Nisha dan beberapa panitia inti kelas yang berjaga di stan sedang menyelesaikan dekorasi.

"Di sebelah mana Manggar? Gue udah bolak-balik talent room, di pintu masuk yang gue lewatin nggak ada nama Blue Sky." Meteor kembali menempelkan gawai di telinga kirinya.

Asha menggoyangkan pergelangan tangan Meteor, menujuk pintu putih yang terletak di samping kirinya. "Siapa panitianya? Sini ngomong sama gue, ada masalah apa nulis nama Blue Sky jadi Biru Langit." Asha terkekeh melihat Meteor bersungut, bisa-bisanya nama bandnya berubah.

Meteor mendorong pintu, di sana sudah ada anggota Blue Sky dan dua band lainnya.

"Namanya Biru Langit mana gue kenal." Meteor menaruh tasnya sembarang, Jimy melempar botol soda ke arah Meteor.

"Kita udah komplain sih sama pihak panitia, takut aja besok yang dipanggil Biru Langit, lagian bisa-bisanya juga ganti nama."

"Sha, nih." Tidak dengan melempar, Jimy mendekat ke arah Asha, memberikan sebotol soda.

"Jam berapa kita GR?" Meteor mendudukan bokongnya pada kursi putar meja rias. "Jam dua, panitia tadi sempet slek, sedikit kacau sih soal GR yang gue liat." Marko membuka suara, tangannya terulur menyalakan TV LED yang tersedia di dalam ruangan.

"Karena GR kita masih lama banget, gue keluar sebentar, ya," ujar Asha membuat Meteor buru-buru bangkit.

"Enggak bisa Sha, yang bisa nemuin lo kalau ilang cuma Langit dan gue yakin Langit lagi sama-sama sibuk. Jadi, please lo sini aja."

"Gue mau ke stan doang Kak Meteor. Kalau lo cari gue, ya, gue di sana." Meteor mengalah, memberikan Asha akses jalan keluar.

Asha menunggu pintu elevator terbuka, seorang lelaki berdiri di sampingnya setelah memencet tombol. Saat pintu elevator terbuka, mereka sama-sama masuk.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang