BAGIAN 15

73 14 10
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.

Enjoy.

***

Keep your secret as long as the world gives permission

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

***

Siswa kelas sebelas elite bintang sekolah satu bergantian memasuki ruang rapat bintang sekolah kecuali sang utama. Mereka duduk mengitari meja persegi, pembahasan mereka masih diwarnai dengan drama praktikum siang ini. Hampir setiap praktikum mister Patrick, ada saja drama menyebalkan yang terjadi, entah karena ulah siswa ataupun mister Patrick selaku guru paling ribet se-Nawasena.

"Heran banget gue sama Patrick, perasaan gue udah ngerjain sesuai yang gue liat, masih aja kurang tepat lah, ini lah, enam kali ngulang gue!" Ratu mulai merepet.

"Makanya lo jangan pake perasaan! Pake otak!" Bharat menimpali. Gibran selaku teman satu kelompok Ratu menyikut lengan Bharat, kesal.

"Apes kelas kita dapet guru chemistry modelan Patrick. Rasanya pengen banget gue siram pake spiritus tuh aki-aki!" Giliran Monica merepet.

Kaleel yang duduk tepat di samping Monica segera menarik daun telinga teman satu kelompoknya. "Anarkis itu namanya, Maemunah!"

"Nama gue Monica!" Monica melirik Krystal yang nampak biasa-biasa saja.

"Lo enak Krys tiap praktikum sama Sangga."

"Bener tuh," sahut Gibran.

"Dari lo semua gue yang paling menyedihkan!" Silvia mengelap pipinya, berlagak ada air mata yang turun di sana.

"Gara-gara lo satu kelompok sama Bharat?" tawa Kaleel pecah disusul yang lain. Silvia mengangguk setuju, sementara Bharat hanya menatap datar.

Ratu mengunyah tortila miliknya. "Tapi ada yang lebih menyedihkan."

"Siapa?" tanya Radeva.

"Aqila, siapa lagi? Gue aja kasian liat dia, lo pada liat 'kan setiap praktikum atau ada tugas lainnya si Aqsa cuma modal nama doang, it's crazy!" Ratu kembali mengunyah tortilanya. "Heran aja, modelan kaya Aqsa bisa jadi raja bintang sekolah."

"Lo tau sendiri fans dia hampir sepenjuru Nawasena, belum yang di luar Nawasena. Emang berbakat sih, cuma, ya, itu kelemahan Aqsa, bisanya numpang nama," ujar Daren, ia ikut mengunyah tortila milik Ratu.

"Udah, ngapain pada ngomongin mereka di belakang, sih? Kalo berani di depan, mending kita bahas apa kek!" Radeva berusaha mengalihkan pembicaraan. Kaleel mengacungkan ibu jarinya, setuju.

"Kalo ngomongin di depan namanya terang-terangan," sinis Ratu.

"Ngomongin apa?" Kedua belas temannya diam seketika. Aqila berjalan ke arah podium tanpa berniat mendengar jawaban Ratu.

"Hello everyone," sapa Aqila seraya menyalakan layar iPad-nya. "Give me attention, please!"

Aqila sedikit melirik ke arah teman-temannya. "Ini bukan rapat formal. So, nggak perlu tegang gitu. Oke, hari ini ada beberapa hal yang perlu gue sampaikan ke kalian."

Mereka semakin serius mendengarkan. Meskipun sudah ada embel-embel rapat non-formal, tetap saja mereka paham betul seperti apa Aqila, gadis itu paling tidak suka ada yang bercanda di tengah-tengah rapat.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang