Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.
Enjoy.
***
I'll gift you war, I'll cut you.
📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***
Gerbang besi yang menjulang itu terbuka saat seorang lelaki berbadan besar nan tegap memarkirkan mobil di depannya, seorang satpam yang berada di ruang keamanan buru-buru berlari sembari gesit membungkukan badannya lalu berdiri di samping gerbang.
Denting lantai saling bersautan tat kala hentakan kaki terjadi dari cara jalan lelaki berbadan besar nan tegap itu. Keringatnya dengan apik menetes bak air terjung yang mengalir dari dahi menuju dadanya, jantungnya tak kalah cepat berpacu. Kesalahan besar terjadi hari ini. Tangannya dengan gemetar mencoba membuka knop pintu saat ruangan yang ditujunya sudah di depan mata.
"Siapa yang melakukan?" Suara itu langsung menghujami indra pendengarannya tepat saat dirinya membuka pintu. Ia langsung bersimpuh meminta ampun.
Seorang lelaki dengan mata tajamnya, berusia sekitar tiga puluh delapan tahun kini menurunkan kakinya dari atas meja, matanya menyala memperhatikannya dari ujung rambut hingga kaki.
"Dia berada di warung kopi, pojok perempatan itu," lirih lelaki berbadan besar nan tegap dengan suara bergetar.
"Ini, Mister." Dua orang lelaki berbadan tegap dengan rambut panjang yang diikat kuda tiba-tiba memasuki ruangan, membuat si lelaki berbadan besar yang tengah bersimpuh langsung berdiri, menggeserkan tubuhnya mendekat pada tembok.
Seorang lelaki tua berpakaian lusuh berhasil mereka seret tanpa rasa kemanusiaan, kulit hitam akibat terlalu sering berada di bawah sinar mata hari kini terlihat membiru. Dua orang berbadan tegap itu melempar si lelaki tua dengan kasar hingga kepalanya terbentur ke tembok.
"Ampun Tuan, saya tidak bermaksud memasuki kawasan pemukiman, tapi mereka tidak mau bertemu selain di daerah belakang pabrik." Ia terus merintih dan meminta ampun, ia yang disebut Tuan meletakan kakinya di atas telapak tangan si lelaki tua, perlahan sepatunya menggerus pelan tangan di bawahnya, membuat si lelaki tua langsung merintih kesakitan.
"Sudah saya peringatkan kamu untuk lebih hati-hati dalam memilih tempat pertemuan!" Ia menempeleng kepala si lelaki tua, matanya tanpa henti menatap kebencian.
"Singkirkan dia!" ucapnya berakhir dengan membuat keputusan secara cepat, ia kembali menarik kursi putarnya, menaikan kakinya di atas meja lagi.
Dua orang anggotanya mengangguk patuh, mereka kembali menyeret si lelaki tua tanpa belas kasih.
"Ampun Tuan, ampun. Beri saya kesempatan satu kali lagi, saya masih harus menyekolahkan anak saya, ini salah satu pekerjaan yang paling berharga buat saya," pintanya, air matanya deras meluber dari kelopak mata. Dua orang anggota tetap menyeretnya dengan bengis.
"Ada berapa orang lagi yang sedang di luar?" tanyanya.
"Lima, Mister."
"Beri si lelaki tua sepuluh juta, setelah itu bilang padanya untuk mencari pekerjaan lain, hitung saja itu gajinya hari ini. Dan pastikan, dia tetap tutup mulut setelah keluar dari sini." Salah satu anggota yang masih berdiri dipojok ruang yaitu si lelaki berbadan besar mengangguk patuh, ia menyusul dua anggota yang menyeret lelaki tua entah ke mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Teen Fiction● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...