BAGIAN 5

252 87 127
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.

Enjoy.

***

We'll see how every day we are happy

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

"Makan malamnya sudah siap, Nyonya." Bi Eina menundukan kepala kepada istri majikannya.

Alin tersenyum lalu mengangguk, mengelus puncak kepala Avel yang sedang sibuk berkutat dengan tugas sekolahnya. "Bi tolong panggilkan Pak Prama, Arsya sama Asha, ya." Bi Eina mematuhi tugas dengan segera, ia membungkukannya badan sebelum itu.

"Avel, makan dulu yuk, belajarnya dilanjut nanti."

"Tapi nanggung, Ma. Kurang dua soal lagi," celetuk Avel tanpa menoleh pada Alin.

"Yaudah, sambil nunggu papa, kakak sama teteh, ya." Avel mengangguk, sepuluh menit kemudian terdapat suara sandal yang berbaur dengan marmer menuruni anak tangga. Arysa dan Asha berjalan berurutan.

"Papa mana?" tanya Alin pada Arsya, sang sulung yang menaungi kedua adiknya ini mengendikan bahunya, duduk di sofa depan tv.

Tak lama Prama menyusul, ia masih pada kegiatan menempelkan gawai di telinganya. "Ya, kamu tidak bisa begitu, saya baru saja sampai rumah sore ini, tidak mungkin besok pagi saya harus ke Texas. Urusan Texas sudah saya serahkan sepenuhnya sama staff media." Prama menujuk area dapur menggunakan dagunya, memberi kode untuk Alin supaya menuju ruang makan terlebih dahulu.

"Yuk, makan dulu." Alin menggandeng tangan Avel menuju ruang makan, setelah itu diikuti Asha dan Arsya.

"Ma minggu depan Avel ada festival di sekolah, terus Avel disuruh dandan coboy gitu, Mama dateng, ya." Avel membinarkan matanya dan bercerita dengan antusias, Alin menyatukan alisnya.

"Kalau Mama ada libur, ya, Vel," jawab Alin lirih. Avel mengembuskan napasnya, terlihat rautnya kecewa.

"Teh Asha aja deh yang dateng, gimana?" Asha menaik turunkan alisnya, Arysa menggelengkan kepalanya, menaikan sudut bibirnya.

"Kenapa?" tanya Asha singkat pada Arsya yang dirasa lelaki itu meremehkan pernyatannya, Arsya tidak menanggapi, lelaki itu menatap Asha dingin.

"Avel dengerin, ya, Mama usahain dateng." Alin mengelus puncak kepala Avel.

"Rupanya makan belum di mulai?" Suara itu datang dari Prama, kepala keluarga ini segera duduk di kursi yang telah dipersiapkan oleh Alin.

"Nunggu kamu, ada apalagi di Texas?" tanya Alin sembari menggeser teh hangat pada sisi Prama.

"Ada sedikit miss komunikasi, Arsya kamu nggak bilang sama staff media kalau Papa pulang dua hari?" Merasa namanya di panggil, Arsya menoleh, lalu menggeleng enteng.

"'Kan kemarin Papa yang suruh Arsya buat buru-buru ke Bandara, katanya pesawatnya mau take off." Prama menarik napas panjang lalu mengempaskannya, Alin mengelus punggung Arsya. "Kak, kalau Papa pesan jangan lupa di dengerin, ya. Miss komunikasi di dalam perusahan itu berimbas banyak, apalagi kalau jaraknya jauh."

"Kamu serius dong kalau Papa ajarin, ini semua juga demi kebaikan kamu." Prama memicingkan matanya, Alin memberikan tanda untuk suaminya agar bersabar.

Suara dehaman Asha membuat ketiga manusia yang sedang membicarakan bisnis segera tutup mulut, lalu ingat pada apa yang akan mereka lakukan-makan malam.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang