Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.
Enjoy.
***
Often people don't realize that sometimes hiding feelings is a wound
📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***
“Wait for me, Qiloan!”
Abel berusaha mensejajari adiknya, ia sedikit kesal karena tidak ada yang Aqila ceritakan mengenai liburan singkat yang jujur saja sangat dadakan.
Abel tahu persis seperti apa adiknya, Aqila bukan tipe orang yang bisa dadakan apalagi untuk urusan liburan, jika hal itu terjadi sudah bisa dipastikan ada yang tidak beres.
“Dari gue jemput lo tadi di bandara, lo nggak ada cerita apa-apa sama gue.”
Aqila menghentikan langkahnya. “Emang kita pernah saling cerita?”
Abel kalah telak, iya juga, dia bahkan lupa kapan terakhir kali curhat dengan adik satu-satunya.
“Putri Mamih udah pulang?” Wanita cantik itu keluar dari dapur membawa dua potong sandwich.
Aqila langsung memeluk Aish, sementara Abel tampak asik menikmati sandwich yang baru dicomotnya.
“Qila, kangen.” Aqila mengekori Aish dan Abel ke ruang keluarga. “Mamih sama Papih beneran mau ke LA lusa?”
“Kan cuma beberapa hari, Dek. Sebelum ulang tahun kamu kan kita pulang.”
“Masa Aqila natalan sendiri? Itu manusia nyebelin beneran ikut juga?” tujuk Aqila ke arah Abel yang kini tengah menikmati pijatan Kang Mawardi.
“Makanya kalau ditawarin holiday bareng jangan sok-sokan nolak. So, kalau gue posting foto sama Mamih, papih, terus Al, jangan iri.”
Sungguh kalau doyan dan kalau saja boleh, sejak tadi Aqila akan melahap Abel lahap-lahap seperti melahap steak buatan Ghea kemarin. Benar-benar si Babel menyebalkan.
"Terserah deh, Kak."
Aqila melepas hoodienya setelah dirasa gerah, gelak tawa justru terdengar keras dari mulut manusia menyebalkan yang sudah pasti Abel plus Kang Mawardi. Jujur saja mereka kalau akur terlihat lima kali lipat lebih menyebalkan.
“Kakak ketawanya,” lirih Aish.
“Itu rambut Qila, Mih.”
Aish memandang Aqila, benar saja anak bungsunya baru mengganti warna rambut. Memang sebelum izin pergi mengunjungi Ghea, Aqila juga sempat meminta izin untuk mengganti warna rambut supaya lebih fresh di hari ulang tahunnya nanti.
“Cantik kok.”
“Tuh dengerin,” ujar Aqila.
“Jelek, pinky gitu kaya boxer Kang Mawardi.” Mawardi hampir mendelik sebelum Abel melayangkan salam perdamaian.
Aqila acuh saja, ia memilih pergi ke kamarnya. Baru dua langkah Aqila kembali memeluk Aish dan memberikan mini paperbag yang ia simpan di tasnya.
“Happy mother day, my love,” kekeh Aqila, setelah menjulurkan lidahnya ke Abel dan Kang Mawardi Aqila kembali berlalu.
“Terima kasih, Qila. Dua jam lagi ready, ya, Dek.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Fiksi Remaja● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...