Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.
Enjoy.
***
It doesn't matter how much you know and keep a secret. Keep pretending you don't know and keep it in silence, until it's time to unpack.
📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***
Para panitia, penanggungjawab talent, talent serta jajaran lainya yang teribat dalam acara Nawasena Extraordinary Festival semakin sibuk, mereka silih berganti memasuki auditorium maupun stan.
Aqila melipir ke stan kelas sebelas elite bintang sekolah. Ia memandangi murid-murid yang lalu lalang ke sana kemari, meskipun terlihat lelah mereka tetap profesional mempersiapkan acara esok yang tinggal hitungan jam.
"Nih." Bharat menyodorkan minuman dingin pada Aqila dengan ekspresi datar. "Gatra monitor, ke stan sekarang," panggil Bharat dengan handy talkynya.
Sepuluh menit Gatra sampai di stan. "Ada apa?"
"Jaga sini dulu, lo wakil ketua stan 'kan? Gue cabut bentar." Bharat langsung melenggang setelah melirik Aqila yang tampak sedikit kesal. "Bentar!"
"Iya, gue denger," dengus Aqila.
Gatra berbaur dengan yang lain mempersiapkan barang-barang yang akan dijual besok.
"Qil, stan photobot-nya udah kelar." Vivian menghempaskan pantatnya di sebelah Aqila. "Bagi dong." Aqila menggeser minuman dinginnya.
"Lo nggak ada niatan ngecek gitu?" tanya Ceysa, ia meletakan kardus di atas meja.
"Dari sini juga keliatan," kekeh Aqila.
"Thanks atas kerja kerasnya."
"Guys, kata Aqila thanks atas kerja kerasnya, kalau mau makan di kantin tinggal pesen aja, Aqila yang bayar," ujar Ceysa mengarang, Aqila hanya menggeleng kemudian tertawa.
Viral datang dengan raut kusutnya, ia menyerobot minuman milik Aqila yang tinggal setengah, ditengguknya dengan cepat.
Ceysa menepuk-nepuk pundak Viral. "Pelan-pelan, Ral. Lo jangan kaya orang kesetanan gitu deh!"
"Gue bukan kesetanan tapi keiblisan, puas lo, Ce?"
"Kenapa lagi sih Nyonya Viral? Bahu Gatra nganggur tuh barang kali butuh buat bersandar." Ceysa dan Vivian tertawa lepas setelah mendengar kalimat Aqila.
Viral semakin merengut, dari pada menyandarkan kepalanya di bahu Gatra, lebik baik Viral menyandarkan kepalanya di dinding. Dekat-dekat dengan Gatra jelas akan membuat syaraf di otak Viral semakin berdenyut tak keruan, pria itu mana bisa tidak menasehati orang lain tanpa kalimat-kalimat pujangga yang sulit dicerna.
Viral mulai menceritakan keluh kesahnya mengenai kedongkolanya pada Virgo, tak peduli sahabat-sahabatnya akan medengarkan atau tidak.
"Lo berdua berantem mulu, heran gue."
Viral menarik kucir kuda Ceysa.
"Kaya lo nggak aja sama Meteor," sungut Viral."Meteor?" Itu adalah suara Bharat, Wealthy kompak menutup mulut mereka. "Kok diem?" Bharat memajukan dagunya ke arah Ceysa.
"Apaan sih!" Ceysa berseru galak, Bharat memandangi Ceysa dengan tatapan meledek.
Aqila tertawa kecil, ia menengguk minuman yang baru Vivian ambil dari lemari pendingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Teen Fiction● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...