BAGIAN 18

41 10 7
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.

Enjoy.

***

Banyak yang tertutup rapat, termasuk diri manusia. Mereka terpasung dalam neraka yang disebut kehidupan.

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

***

"Kiamat besar!" ketus Asha tiba-tiba, Kana yang duduk di hadapan Asha segera meraih tangan sahabatnya.

"Sha, nyebut woi. Dosa gue masih bertumpukan jangan ngadi-ngadi nyebut kiamat besar."

"Itu sih emang dosa lo keterlaluan makanya numpuk. Bilangnya sih hijrah, tapi konsep hijrah ngefandomin KPOP beralih ke Thai itu gimana, Na?" cibir Nisha, tangan Kana terangkat, siap melayangkannya pada manusia di hadapannya ini, namun kalah cepat, tangan Nisha sudah terlebih dulu menahan tangannya.

"Diem deh, kayak lo nggak aja," cibir Kana balik, ia menarik tangannya yang ditahan Nisha.

"Arsha lagi-lagi balik ke rumah, padahal papa sama mama masih di Texas. Gue nggak ngerti kenapa dia masih stay sampai sekarang," ucap Asha protes, tangannya kuat memutar-mutar sedotan yang berada di kaleng sodanya.

Nisha memperhatikan Asha sembari mengunyah kentang goreng pemberian salah satu adik kelas yang mengaku mengaguminya—jelas saja tanpa berniat menolak rejeki—Nisha menerima dengan senang hati. Sebagai tambahan, adik kelas itu meminta foto berdua dengannya.

"Duh, kalau gini juga gue rada males, ya, Sha ke tempat lo, maaf banget nih," ucap Kana mengeluarkan unek-uneknya, diam-diam gadis itu mengambil satu kentang goreng di hadapan Nisha.

"Coba lo banyakin ngobrol sama kak Arsya deh, Sha," saran Nisha yang mendapat balasan tatapan tajam dari Kana sedetik kemudian.

"Lo mah namanya sama aja memasukan Asha ke dalam kandang harimau, lo belum pernah ketemu kak Arsya, ya? Gue pernah liat kak Arsya ngamuk anjir, setelah itu gue jadi beneran takut, sekarang lo tau jawaban gue 'kan Nisha kenapa gue selalu tanya dulu ke Asha kalau kita mau main ke sana 'Ada orang nggak, Sha, di rumah lo?' sekarang lo tau 'kan jawabannya?" tanya Kana pada Nisha—gadis berpiercing tiga di atas daun telinganya itu samar-samar mengangguk.

"Santai aja Na, Arsya emang gitu," timpal Asha, ia menggeser kaleng sodanya agar sedikit menjauh dari tangannya.

"Semenjak Arsya balik, gue juga jarang ketemu Avel. Males banget kalau turun pasti ketemu Arsya, heran banget dia selalu kerja di ruang keluarga, mana akses jalan ke kamar Avel satu-satunya juga harus nglewatin situ," jelas Asha panjang lebar, Kana dan Nisha fokus mendengarkan.

"Sha, lo dicari kak Meteor." Seorang gadis bernametag 'Flora' datang dan berhenti di meja tempat di mana Asha dan kedua sahabatnya duduk.

"Di mana?" tanya Asha memperhatikan Flora, Kana dan Nisha tampak saling menyikut setelah kedatangan Flora.

Flora menunjuk dua lelaki yang saat ini berdiri di ambang gerbang kantin elit siswa berprestasi, kedua lelaki itu melambaikan tangannya kompak.

"Makasih, Flo." Setelah perkataan itu meluncur dari bibir Asha, Flora segera berlalu, begitupun Asha.

"Gue nyamperin kak Meteor dulu." Asha menepuk bahu Kana dan Nisha secara bergantian. Kana dan Nisha mengamati perginya langkah kaki Asha, mereka benar-benar memastikan sahabatnya sampai di hadapan Meteor.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang