Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.
Enjoy.
***
We have to believe that we can do it.
📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***
Mobil Langit terparkir di salah satu basemen apartemen elit, tangannya terulur melepas seat belt yang Asha kenakan. "Lo nggak mau masuk beneran?" Entah sudah tawaran keberapa yang Asha layangkan untuk Langit, tetapi laki-laki itu tetap berdiri pada pendiriannya untuk menolak.
"Ada yang mau gue tanyain sama lo," ujar Asha sebelum ia turun dari mobil, Langit menaikan satu alisnya.
"Tanya apa?"
"Astaga Sha, gue bener-bener telat," sambung Langit beberapa detik setelahnya. Asha mengangguk paham saat bersamaan juga gawai Langit bergetar, menandakan sebuah panggilan masuk.
"Besok aja, ya, Sha tanyanya, gue udah telat. Pelatih di sirkuit udah nelfon," ucap Langit dengan nada lembut, bermaksud agar Asha tidak tersinggung.
Asha membuka pintu mobil, setelah gadis itu keluar, mobil Langit berderu, tak lama mobilnya lekang dari area basemen.
Asha menghela napasnya sebelum memencet tombol elevator, entah apa yang akan ia dengar setelah ini, tetapi sungguh, jika bukan karena soal menghargai, ia tidak akan sudi menginjakan kakinya di sini.
TRING
Pintu terbuka, Asha membenarkan tote bagnya, setelahnya ia memasuki pintu elevator. Dua pesan masuk membuat gawainya berbunyi. Asha menggesek key card, sepersekian detik setelah masuk, matanya langsung menyorot Arsya yang sedang berdiri berhadapan dengan Alin di balkon sebuah apartemen. Tangan Alin segera melambai, memerintahkan Asha untuk segera bergabung.
***
Keesokan harinya, pukul enam pagi Asha sudah bertamu. Sekarang ia sedang duduk di salah satu kursi ruang makan rumah Langit. Kintan, sibuk memasukan potongan wortel kesalah satu panci yang airnya sudah mendidih. Hari ini katanya ia akan memasak sup. Sepatu Langit terdengar keras mematuk lantai menuruni anak tangga, ia berjalan cepat ke arah dapur, memberikan kiss morning untuk Kintan dan segera duduk di hadapan Asha.
"Lo kurang kerjaan banget bawa gue ke sini pagi-pagi La, kita 'kan bisa ketemu di sekolah." Langit mendelik, menaruh telunjuknya di bibir pink milik Asha saat gadis itu mencoba berbisik padanya.
"Kata Langit hari ini NEF dimulai pukul delapan 'kan?" Bisikan yang Asha lontarkan cukup sensitif terdengar sampai di telinga Kintan, perempuan cantik itu membalikan tubuhnya, ia menyodorkan segelas susu hangat pada Asha.
"Terima kasih, Tante." Asha mengangguk sedikit kaku, menyeruput segelas susu pemberian Kintan.
"Lo harus cobain sup buatan Bunda Kintan." Langit bangkit, mengambil mangkuk berukuran besar. Kintan meraih mangkuk dari tangan Langit, memasukan hasil masakannya di sana.
"Kita makan bareng dulu, nggak papa, 'kan?" Kintan menjatuhkan pantatnya di kursi.
"Nggak papa, Tante." Asha menjawab, Langit mengacak rambut Asha gemas.
"Gimana NEF hari pertama kemarin? Bunda liat di sosial media ramai sekali, ya? Di youtube lebih dari dua puluh ribu loh yang nonton juga. Sudah masuk di tabloid dan katanya sedang diajukan ke rekor muri?" Setelah mereka menyelesaikan makannya, Kintan membuka suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Teen Fiction● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...