BAGIAN 13

102 20 37
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Kalau suka masukin reading list, biar nggak ketinggalan kalau sudah dipublish. Thank you.

Enjoy.

***

"Peran apa yang kamu dapatkan di dalam hidupnya?"

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

Tidak ada waktu untuk bermanja ria bagi siswa-siswi sebelas elite berprestasi satu untuk melaksanakan olahraga di ruangan indor. Mister Anggoro selaku guru olahraga setengah jam yang lalu menggiring anak didiknya untuk berolahraga di tengah lapangan basket tanpa atap, letaknya tepat di belakang gedung perpustakaan siswa elite berprestasi.

"Perempuan lari lima kali keliling lapangan dan lelaki push up seratus kali," ucapnya keras-keras menggunakan toa, guratan ototnya menyembul jelas di permukaan leher putihnya.

Anggoro bersandar pada ring basket, menyaksikan anak didiknya mengikuti perintah, tak jarang ia mengeluarkan suaranya kembali ketika ada beberapa siswa atau siswi yang mulai mencuri-curi keadaan dengan menggabungkan diri bercerita disela-sela kegiatan berlari atau push upnya.

"Yang masih lari sambil ngegosip, saya tambah jadi lima kali putaran, ya?!" teriaknya terdengar tegas, toa setia berada di ujung mulut Anggoro.

"Nisha, kamu mau saya tambah putarannya?!" teriak Anggoro kala melihat salah satu siswinya berlari berusaha menggerombol dengan beberapa teman kelasnya. Sementara Asha, memilih menghindari itu semua, tidak peduli saat ini ia berada di urutan terakhir yang penting putaran larinya tidak diberi tambahan.

"Mau gue kasih energi?" Seorang lelaki menggunakan jas kebangsaan Nawasena tiba-tiba berlari mensejajari Asha. Lelaki itu mengedipkan matanya beberapa detik sebelum bibirnya ditarik membentuk sebuah senyuman yang lebih pantas disebut dengan cara lelaki berusaha menggoda.

"Sombong amat anak berprestasi," ucapnya dengan sesekali melirik gadis di sampingnya yang terus tak acuh. Sudah bisa ditebak ia berasal dari kelas dua belas elite reguler tiga-klaster terbawah Nawasena. Kumpulan murid yang paling enggan untuk mematuhi aturan sekolah, salah satu kelas yang paling di asingkan sekolah. Lencana yang ia gunakan di dada sebelah kanannya semakin membuat Asha yakin lelaki ini benar-benar dari kelas dua belas elite reguler tiga.

"Siapa yang berlari di sebelah Asha?!" Suara lantang Anggoro menarik perhatian kelas sebelas elite berprestasi satu yang sedang melaksanakan lari putaran dan push up, seketika pandangan mereka beralih pada Asha yang berada di urutan paling belakang, sang lelaki yang mensejajari Asha justru melambaikan tangannya dengan percaya diri pada Anggoro, terlihat tidak ada takutnya sama sekali.

"Everyone stop!"

Beberapa pasang sepatu dan tubuh saling bertubrukan menyebabkan satu dan yang lainnya saling menimpa satu sama lain, siswi-siswi yang sedang melaksanan lari kini jatuh secara bersamaan dengan pola saling menabrak.

Perintah Anggoro sangat mendadak, Asha menarik napas panjangnya, memelototi lelaki di sampingnya yang dengan kurang ajar memancing perhatian Anggoro. Dengan tampang yang penuh amarah Anggoro mendekati posisi kedua remaja ini.

"Dari kelas mana?!" tanya Anggoro saat langkah kakinya hampir mendekati mereka. "Oh, dua belas elite reguler tiga. Pacar kamu?" tanya Anggoro pada si lelaki, kemudian beralih menujuk Asha menggunakan dagunya.

"Wajah dia udah kayak udang rebus, kasihan Mister," jawabnya tanpa menjawab poin pertanyaan yang dilayangkan Anggoro.

"Sekarang bukan tempatnya untuk modus, ya, balik ke kelas!" Anggoro memerintah dengan tegas, bola matanya seperti hampir saja keluar jika emosinya tidak berhasil ia tahan.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang