BAGIAN 14

81 16 9
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Kalau suka masukin reading list, biar nggak ketinggalan kalau sudah dipublish. Thank you.

Enjoy.

***

"Aku adalah yang tidak pernah kamu pikirkan. So, stop guessing who I am."

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

"Dineschara Asha." Asha segera bangkit dari duduknya, namanya dipanggil untuk mendapatkan obat dari resep yang ia bawa. Setelah membayar penuh obatnya, Asha memutuskan menuju parkiran, barangkali Langit menunggunya di mobil.

Parkiran mobil A Aestethic Clinic masih sangat ramai, ia berjalan menuju tempat di mana mobil Langit tadi terparkir. Ternyata mobil Langit masih terparkir di sana, senyumnya melengkung perlahan, Langit pasti menunggunya di dalam mobil. Cuaca hari ini memang panas sekali, sepertinya matahari sengaja memamerkan keahliannya pada semesta-menyinari.

Sekitar dua puluh langkah lagi mungkin Asha tiba di depan mobil, namun naas ia harus menghentikan paksa kakinya, jantungnya dengan otomatis berpacu saat sebuah adegan tiba-tiba secara nyata menimpa pandangannya. Seorang lelaki mengenakan seragam yang sama dengannya tampak merengkuh pinggang seorang gadis dengan hangat.

Perlahan tangan gadis itu menangkup kedua pipi si lelaki, tak hanya sampai di situ tangannya tak segan merayap hingga melingkar apik di lehernya. Kemudian ia berjinjit. Ya, setelah itu Asha memilih untuk tidak melihat lagi adegan selanjutnya, ia membalikan badannya sembari berjalan cepat meninggalkan area parkir.

"Ish, kenapa gue nggak terus aja jalan sih sampe mobil? Heran banget malah ngasih kesempatan buat orang ciuman di depan umum, lagian itu Sangga sama pacarnya, Asha, lo kenal, ngapain pake pergi, sih?!" Asha sengaja kembali memasuki lobi A Aestethic Clinic. Ia membuka satu kancing cardigan teratas, berada di ruangan ber-AC sama sekali tidak membantunya untuk tidak merasa gerah.

Tote bag yang menggantung di bahu kirinya bergetar, sudah bisa ditebak getaran itu berasal dari gawainya. Tangannya perlahan merogoh masuk ke dalam tas, sebuah notifikasi muncul di layar look screen gawainya.

Message:

Gerald:

Langit nggak ada si sirkuit, Sha. Tadi telfon katanya ada urusan mendadak dan absen latian.

Asha:

Oh gitu, Oke, Rald. Thanks.

Bersamaan dengan dirinya berjalan menuju A Aestethic Clinic tadi Asha sempat mengirim pesan pada Gerald, selaku teman balapan Langit di sirkuit. Asha mengerutkan dahinya, bagaimana bisa Langit tidak datang ke sirkuit tapi juga ponselnya tidak bisa dihubungi? Kali ini Asha memutuskan kembali mengecek Langit barangkali ia benar-benar tertidur di dalam mobil atau malah kemungkinan terburuknya pingsan di dalam mobil. Jika memang batrai ponselnya habis, lelaki itu bisa bukan menchargenya di dalam mobil? Apa guna mobil canggih yang ia miliki jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Oke, di parkiran sudah tidak ada lagi lelaki atas kenamaan Sangga, mungkin ia sudah mencari tempat yang lebih teduh untuk melanjutkan kegiatan yang seharusnya tidak dilakukannya di depan umum atau malah barangkali kepergok satpam yang berkeliling di parkiran.

Saat ini kedua kaki Asha tepat sudah berdiri di samping mobil milik Langit, dua detik lagi tangannya siap mengetuk kaca jendela. Kaca jenis film yang digunakan di mobil Langit membuat ia sama sekali tidak bisa melihat orang di dalamnya kecuali jika menempelkan wajahnya lebih dekat dengan kaca.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang