BAGIAN 2

355 130 232
                                    

Get to Know Your Friend Cucu-Cucu Albert Einstein

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***

"Jadi, lo pake dress apa buat dateng ke acara pemilihan bintang sekolah besok?" Kana menyibak selimut yang membalut tubuhnya, memiringkan kepala hingga menghadap sahabatnya yang saat ini sedang duduk menyenderkan punggungnya di sandaran ranjang berukuran king size.

"Tuh." Tunjuk sang sahabat menggunakan dagunya, sementara Kana kini berjengit beralih menuju sebuah kotak yang rapih terbungkus oleh pita berwarna ungu di atasnya.

"Cielah, di kasih dress lo," ucapnya, ia membuka tali pita di atas kotak.

"Gue nggak yakin kalau lo cuma sahabatan sama kak Langit, Sha?"

Sha, ya. Dineschara Asha Gavesa Naladhipa, gadis pintar yang dianugerahi mata bulat nan teduh, dengan wajah cantik dan berambut lurus panjang ini merupakan seorang siswi Nawasena yang menduduki kelas sebelas elite satu berprestasi bersama kedua sahabatnya.

Asha-nama panggilannya, ia dan kedua temannya lah yang menjadi gambaran bahwa anak-anak berprestasi itu tidak seambis, sekaku, dan sekutu buku yang orang lain pikirkan. Mereka masih seperti yang lain, belajar, nongkrong di kafe, ngefandomin idola, nonton bisokop dan maraton drakor hingga fajar menyingsing.

Asha mempunyai dua teman yang sangat dekat dengannya. Ia adalah Kana Lavanya Zanita, biasa dipanggil Kana. Pintar? Sudah jangan diragukan lagi, sebutan rumus berjalan sudah melekat di dalam dirinya. Selain pintar, Kana juga cantik dengan senyum manis ciri khasnya, ia selalu membawa ceria dan semangat bagi orang-orang disekelilingnya.

Dan tidak ketinggalan dengan Nisha Ivara Ravania Sahna, biasa dipanggil Nisha. Si gadis random yang suatu saat bisa menjadi tomboi dan feminim dalam satu waktu. Bisa bersikap cuek namun bisa juga bersikap lembut, tergantung bagaimana situasi dan keadaan hatinya.

Sebenarnya, Asha dan Nisha mengikuti ujian seleksi memasuki kelas berprestasi karena dorongan Kana, gadis itulah yang tidak mau berpisah dengan kedua sahabatnya. Sebelum penentuan pemilihan mereka akan memilih ujian kelas elite bintang, elite berprestasi atau justru memasuki kelas tanpa ujian alias regular.

Sebenarnya Nisha sudah memutuskan akan memasuki kelas tanpa seleksi, putusan Nisha disetujui oleh Asha, namun tidak dengan Kana. Karena dorongan orang tuanya yang bersikeras agar dirinya memasuki kelas bergengsi alias elite berprestasi, Kana meminta kedua sahabatnya juga untuk mengikuti seleksi kelas elit berprestasi, walaupun ia juga berkata jika kedua sahabatnya tidak lolos, ia tidak akan memaksa.

Akhirnya setelah seleksi memasuki kelas elit berprestasi, ternyata mereka bertiga lolos dan yang lebih menyenangkan untuk Kana adalah mereka ditempatkan di dalam kelas yang sama. Ya, lebih tepatnya Asha dan Nisha yang terdampar di sana, bersama manusia-manusia dengan rumus berjalan sesungguhnya.

Nisha, memiliki tindik dua di atas daun telinganya, itu menjadi ciri khasnya. Beberapa kali memasuki ruang sidang kepala sekolah hanya karena dua tindiknya. Namun, karena ia telah turut menyumbang beberapa piala di ruang koleksi Nawasena sebagai anak elit berprestasi, ia selalu mendapat pengecualian untuk lolos dari jeratan sidang sekolah. Mereka bertiga menamai diri mereka dengan "Cucu-cucu Albert Einsten."

"Sha, pertanyaan gue terlalu sulit, ya, buat lo jawab?" Kana melirik Asha, gadis itu justru tengah syahdu dan terpaku dengan lamunannya. Kana menghampiri Asha, duduk di pinggiran ranjang.

"Atau lo suka sama kak Langit tapi kak Langit nggak suka lo, ya?" Ledeknya, jari telunjuknya tepat menodong wajah Asha.

"Apaan sih, nggak ada tuh sejarahnya gue suka sama Langit," ketus Asha setelah tersadar dari lamunanya, Kana menatap jahil sahabatnya, lalu kembali melirik kotak dress.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang