Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.
Enjoy.
***
Kami berdiri di jantung kota, di tengah bisingnya perlombaan manusia. Kami berdiri di tengah gemerlapnya dunia, di lorong pekat tanpa cahaya yang memaksa kami untuk menyingkirkan rasa kemanusiaan.
📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***
"Handsfree aman?" tanya Langit sembari memasang handsfree di telinga kirinya. Seluruh anggota XD mengangguk mantap.
Telaga memasang dasi motif garis-garis hitam pada kemejanya.
"Kamera jangan lupa," ujar Genius menyerahkan kamera kecil berbentuk kancing baju pada Telaga. "Ganti satu kancing jas lo pake ini," lanjutnya.
"Posisi gue nanti di lobi bareng sama Raja." Langit kembali bersuara, diangguki oleh Telaga.
"Konferensi ini berlangsung selama satu jam, lo harus meraup informasi sebanyak mungkin. Telaga, pastiin nggak ada satupun pihak keluarga lo yang tau kalau lo ada di sana." Telaga memperhatikan dirinya di depan cermin yang saat ini sudah mirip dengan bapak-bapak usia setengah matang, kumis tebal dan lensa kontak abu-abu, benar-benar terlihat seperti bukan dirinya. Genius sedikit keterlaluan dalam menyulapnya.
"Gue bakal mantau kalian dari dalem mobil, pastiin handsfree nggak pernah lepas dari telinga." Genius menenteng ipadnya, memastikan kamera yang dipakai teman-temannya sudah tersambung ke dalam benda kesayangannya. Ia juga mengecek saluran suara pada handsfree masing-masing anggota XD.
"Miguel udah gue daftarin jauh-jauh hari untuk jadi panitia konferensi. Dia udah berangkat dari tadi sore. Jangan lupa untuk formalitas tunjukan card jurnalis lo." Langit mengalungkan kartu tanda pengenal jurnalistik di leher Telaga.
***
Terlihat dua mobil mewah sama-sama merapat di lobi salah satu hotel bintang lima, beberapa petugas berjejer berpakaian rapih di depan lobi, dua pekerja berjalan cepat segera membuka pintu mobil. "Good night, Tuan?"
Seorang perempuan mengenakan dress panjang semata kaki menyambut Arah dan rombongannya, acara yang harusnya diadakan tadi siang diganti mendadak oleh pihak klien menjadi malam hari. Arah datang bersama Ayunda serta Kai, ditambah dua pengawal pribadinya.
"Aman?" bisik Arah pada Kai, lelaki itu mengangguk pelan, ia mengaktifkan peretas suara di jam tangannya.
"Ayunda, perhatikan tugas kamu yang sudah saya berikan tadi siang. Kalian tau mereka bukan orang sembarangan, salah ngomong kalian tau konsekuensinya, bukan?" lirih Arah pada kedua anak buahnya—Kai dan Ayunda—mereka mengangguk pelan.
***
"Lobi aman, Raja lagi pesen kopi, gila aja gue harus sok-sokan baca koran selama satu jam," ucap Langit sembari membentangkan koran edisi baru terbaru, sementara Raja sudah melanglang menuju restoran hotel.
"Laga dasi lo keluar jas nutupin kamera, bisa masukin ke dalem jas, nggak?" ucap Genius sedikit memekik, Telaga memutar bola matanya.
"Bacot," lirih Telaga sembari membenarkan posisi dasinya, ia menenteng tas kantor, tidak didampingi siapapun.
"Miguel siap di tempat?" tanya Genius memastikan.
"Ready," sahut Miguel dengan sangat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Teen Fiction● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...