Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.
Enjoy.
***
Dunia tidak serta merta manis, ingat bahwa masih ada pahit. Begitupun sebaliknya, dunia tidak serta merta pahit, ingat bahwa masih ada manis.
📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***
Aqsa menggulingkan badannya ke samping kiri diikuti Sangga, Bharat dan Kaleel. Nyaris saja mereka terkena sensor. Si lawan terus mencoba peruntungan, menembaki Emirc tanpa ampun. Aqsa meringis saat lututnya menyambar batu. Melihatnya, secepat kilat Kaleel berdiri menarik pelatuk pistol.
DOR
"Rahul from Zakkamem, game over!" Jam kembali berbunyi setelah lawan berhasil Kaleel tumbangkan. "The first half ended!"
"Selamat untuk Emirc dan XD, sampai bertemu di babak kedua pekan depan!" Suara Chen terdengung di handsfree masing-masing kelompok.
Dua mobil jeep datang menjemput kedua kelompok tersisa. Emirc dan XD saling bersitegang sebelum memasuki mobil. Sangga menaikkan satu sudut bibirnya saat membuka i-Pad, tertera dengan jelas di babak pertama Emirc unggul atas XD.
***
"Selamat malam, Nona," sapa seorang satpam yang tengah membukakan gerbang untuk Aqila, gadis itu hanya mengangguk berjalan lemas menuju rumahnya.
"Aqila pulang." Bi Ririn mengambil alih tas serta koper kecil milik Aqila.
"Rumah tumben sepi, pada ke mana, Bi?" tanya Aqila sembari melepas sepatunya.
Bi Ririn segera menyodorkan sendal karet untuk sang bungsu.
"Mamih sama papih kamu lagi ke Melbourne." Aqila menoleh ke sumber suara. Simpul sabitnya mengembang sempurna, ia berlari kecil dengan tenaga yang tersisa, memeluk wanita cantik berusia sekitar empat puluh lima tahunan.
"Tante Thara kapan dateng?" Aqila melepas pelukannya.
"Tadi sore, Qila." Thara berlalu, duduk di sofa ruang keluarga.
"Mamih sama papih ngapain ke Melbourne? Jenguk kakak? Manja banget kakak tiap bulan minta ditengokin." Aqila mempoutkan bibirnya.
Thara mencubit halus pangkal hidung keponakannya itu. "Qila nggak boleh gitu, lagian mamih sama papih kamu ke Melbourne bukan buat jenguk kakak kamu."
"Terus?"
"Suami tante Rosma meninggal, Qila." Aqila mengangguk setelahnya mengucapkan bela sungkawa. "Kamu mandi dulu sana, bau asem."
Aqila tertawa, lalu melesat ke kamar. Langkahnya terhenti sejenak, saat merasakan ada aura mencurigakan di rumahnya. Gadis itu berusaha tak acuh, ia memencet beberapa digit angka, bersamaan dengan pintu yang terbuka mata Aqila sukses dibuat melotot.
"Bi Ririn!" teriak Aqila, yang dipanggil segera menghadap. "Kenapa kamar Qila jadi kaya kapal pecah?" Bi Ririn ikut terlojak kaget.
Thara yang mendengar keributan segera menghampiri.
"Ada apa, Qila? Kenapa kamu berteriak seperti itu?" Belum juga menjawab pertanyaan Thara, pintu kamar mandi Aqila terbuka, Aqila semakin terperangah dengan kemunculan gadis yang usianya tiga tahun lebih tua darinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Teen Fiction● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...