Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.
Enjoy.
***
Topengnya sudah di bayar lunas. Hidup bagi sebagian manusia adalah bisnis yang berdiri di atas tanda tangan perlombaan. Siapa yang menang ia yang dapat, siapa yang kalah, penggal menjadi jawabannya. Pada dasarnya hidup ini adalah settingan yang di jalankan manusia.
📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖
***
"Astaga, Langit." Asha spontan membulatkan matanya dan mengelus dada secara kasar saat mengetahui Langit berada di seberang dengan mengintip melalui celah-celah rak buku, untung saja tangannya masih terkontrol untuk tidak melayangkan buku ke wajah Langit.
"Ngapain, sih?" tanya Asha lirih, ia menarik satu buku dari rak pengetahuan dinamika dan partikel.
Lelaki itu berjalan santai menghampiri Asha, ia lantas mengembungkan permen karet yang sedang dikunyahnya.
"Ih, bandel, ya, di perpustakaan 'kan nggak boleh makan."
Langit menaruh satu tangannya di atas puncak kepala Asha. "Lo mau?" tanyanya menyeringai, ia mengambil satu bungkus permen karet dari dalam saku celananya.
Asha menggeleng, Langit mengembuskan napas kasarnya. "Sha, seumur hidup lo itu belum pernah nyoba yang namanya permen karet, cobain, ya?"
"Nggak mau!" tolak Asha, ia langsung melangkah menuju ruang khusus baca, Langit mengekor.
"Lo ngapain ikut?" tanya Asha saat Langit duduk di hadapannya dengan tangan menopang dagu, lelaki itu beberapa kali mengembungkan permen karet menjadi balon lagi.
"Gue lagi di cari anak-anak buat futsal, tapi gue lagi males aja," ucap Langit asal. "Kenapa pelariannya perpustakaan? Gue tau banget kali kalau lo salah satu manusia yang anti perpustakaan."
Langit membuang permen karetnya yang sudah terasa masam ke dalam tong sampah kosong yang terletak di sisinya, setelah itu ia kembali membuka suara. "Karena ada lo di perpustakaan".
"Lo lagi di cari anak-anak buat futsal?" tanya Asha kembali memastikan, Langit mengangguk, mengeluarkan gawainya dari saku celana.
"Untuk tanding lagi sama Emirc? Lo sebenarnya ada masalah apa sih sama mereka?"
"Me and Emirc there are no problems. Cuma setop bahas Emirc lagi, oke. Suasana perpustakaan terlalu suci untuk bahas geng mereka," ucap Langit, lelaki itu kini sibuk dengan gawainya.
"Gue mau tidur dulu, kalau lo mau ke kelas bilang, ya," sambung Langit kemudian, Asha mengangguk walau sebenarnya tanya mengenai XD dan Emirc masih berkecimpung di dalam kepalanya. Langit memejamkan mata, bersamaan dengan Asha menyelipkan anak rambut Langit yang sedikit menusuk sisi telinga.
***
"Lo di cari miss Aura. Ke mana aja, sih?" Kana menghadang Asha saat gadis itu hendak memasuki kelas.
"Habis dari perpustakaan Kana," jawab Asha singkat, Kana berkacak pinggang. "Sekarang juga lo disuruh keruangan miss Aura." Asha mengerutkan keningnya, belum sempat bertanya Kana mendorong bahunya pelan. "Udah sana, lo nggak mau 'kan dikeluarin jadi finalis lomba?!"
Tanpa mengucap sepatah kata lagi Asha segera menuju ruangan miss Aura, sesampainya di sana ternyata ia tidak sendiri, ada satu lelaki yang sudah duduk manis di depan miss Aura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Fiksi Remaja● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...